Saturday, January 26, 2008

Pernak-Pernik di Hari Kasih Sayang

Mendekati hari Valentine masih bingung cari buah tangan buat kekasih kita, sekarang sudah tak jamannya lagi.

Jech our soul, akan menjawab semua keinginan anda. Di galeri Jech our soul tersedia bermacam-macam pernak-pernik untuk cewek, mulai dari boneka, bantal imut-imut, gelang, pita, tempat pensil hingga bunga.


Jech our soul

Jl. Kembang Kuning Kulon A no-6 Surabaya.
Phone: 71949879 / 085645499691

Ajak Depnaker Buka Bursa Kerja di Stikosa-AWS

Tahun 2007 telah dilalui oleh Stikosa-AWS, kini kampus yang notabene sebagai kampus jurnalis ini telah menginjak tahun 2008. Bagaimana persiapan Ketua Stikosa-AWS Zainal Arifin Emka dalam membawa kampus ini mengarungi tahun 2008. Berikut hasil wawancara Acta Surya dengan Zainal Arifin Emka.

Bagaimana perjalanan kampus kita di tahun 2007 lalu?
Selama 2007 banyak peningkatan yang dihasilkan oleh kampus kita. Walapun tidak berhasil seratus persen atau gagal sama sekali. Misal saja adanya beberapa peningkatan dengan adanya kursus bahasa Inggris untuk semua mahasiswa. Sayangnya kegiatan itu tidak berlangsung lama.

Lantas, apa visi Stikosa-AWS di tahun 2008?
Visi adalah langkah yang akan dilakukan untuk mencapai impian itu. Yang harus dilakukan yaitu menjadikan Stikosa-AWS sebagai lembaga untuk mendidik dan memfasilitasi komunikastor-komunkator yang handal.

Maksud anda?
Memfasilitasi maksudnya adalah mengajar, mendidik, memberi fasilitas apa saja yang dibutuhkan mahasiswa. Intinya, di sini mahasiswa sebagai subjek bukan objek. Jadi apa yang dibutuhkan mahasiswa semestinya dipenuhi. Dan sekarang kita dalam proses menuju ke arah itu.

Lalu apa misi anda dalam membawa Stikosa-AWS di tahun 2008?
Menjadikan Stikosa-AWS sebagai perguruan tinggi komunikasi yang mumpuni di Indonesia timur. Stikosa-AWS bukan hanya mencetak calon wartawan atau Public Relations tetapi mencetak komunikator. Banyak orang gagal dalam hidup karena tidak mempunyai kepiawaian dalam komunikasi.

Kalau boleh tahu apakah yang menjadi prioritas anda dalam memimpin Stikosa-AWS pada tahun 2008 ini?
Investasi di bidang intelektual. Di antaranya kualitas pengajaran, fasilitas, sarana prasarana, sistem, dan termasuk juga kualitas mahasiswa.

Bagaimana langkah dan pandangan anda kedepan?
Kalau dulu, kampus kita mencetak wartawan terampil wawancara, tapi sekarang wartawan dituntut bagaimana memasarkan koran agar bisa dibaca orang. Oleh karena itu, wartawan dituntut untuk tahu banyak akan sesuatu.

Mengenai hal tersebut, bagaimana dalam prakteknya?
Prakteknya dimulai dari kurikulum dan praktikum. Di tiap mata kuliah diharapkan ada praktek. Misalnya, news production, ada prakteknya di laboratorium TV. Mata kuliah pemasaran juga ada prakteknya. Setidaknya, jika tidak ada praktek lapangan, dari pihak dosen memberi sedikit gambaran tentang materi itu.

Dapatkah anda jelaskan lebih rinci maksud anda?
Memperbanyak kuliah umum dengan tujuan supaya mendekatkan jarak dunia akademis dengan dunia kerja. Oleh karenanya dalam waktu dekat kita akan membuka bursa kerja, dengan bekerjasama Departemen Tenaga Kerja (Depnaker) Jawa Timur.

Bursa kerja dalam hal apa dan apa yang akan dihasilkan dari program tersebut?
Seringkali lulusan Stikosa-AWS mendapatkan pekerjaan yang tidak sesuai dengan disiplin ilmunya. Kalau itu memang yang diinginkan mahasiswanya sendiri, ya tidak masalah. Tetapi disini Kami memberi informasi Lapangan kerja dan menawarkakn mahasiswa ke pihak pencari tenaga kerja khususnya di bidang jurnalis. Sekaligus menghasilkan tenaga kerja yang sesuai dengan disiplin ilmunya di Stikosa-AWS.

Di tahun 2008 apa yang menjadi fokus kinerja anda?
Saat ini fokus kita hanya pada sektor pendidikan saja. Karena pengembangan sektor pendidikan sangatlah penting. Bagaimana harapan anda untuk manajemen Stikosa-AWS di tahun 2008? Bisa meningkatkan pelayanan kepada mahasiswa. Kembali lagi, mahasiswa adalah konsumen yang harus dilayani dengan sebaik-baiknya. (Ela)

Tarian Tinta di Genggaman Lalat Hijau

Bakat tarian tinta yang ditekuni sejak kecil itulah menjadi momentum berharga bagi jenjang karirnya.
Keseriusannya pada menulis terlihat sejak menginjak usia 13 tahun. Pria yang memiliki nama lengkap Abdul Manan ini menceritakan saat itu awal goresan tintanya pada buletin IQRO’. Dari sinilah bakat menulisnya mulai tumbuh.

Ibarat pisau yang selalu diasah supaya tajam. Manan meneruskan hobi menulisnya hingga SMA. ”Waktu itu saya kerap menulis di majalah dinding SMA Nurul Jadid Paiton Probolinggo,” kenangnya.
Lantas, selepas SMA dirinya berniat mempertajam bakatnya dengan memasuki bangku kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi-Almamater Wartawan Surabaya (Stikosa-AWS).

Saat diwawancarai Acta Surya beberapa waktu lalu, suami Lensi Mursida ini mengatakan agar menjadi penulis yang berpengetahuan tinggi kita dituntut banyak membaca. ”Saya pun sering menyempatkan diri untuk membaca, sehingga imajinasi kita dalam menulis semakin bertambah,” himbau pria kelahiran Probolinggo 5 Juli 1974.

Aura kecemerlangan pada diri Manan rupanya tak hanya pada menulis saja, kegigihan pada organisasi juga boleh dibilang sisi lain darinya. Di Stikosa-AWS, penggemar makanan tempe penyet dan pecel lele ini berbagai aktifitas organisasi telah dijalani. Seperti aktif sebagai koordinator Unit Kerohanian Islam (1994-1995), ketua senat Stikosa-AWS (1995-1997), bahkan untuk masa berikutnya selama dua periode (1997-1999) dirinya dipercaya untuk menjadi Pimpinan Redaksi Acta Surya (lembaga pers kampus Stikosa-AWS).

Sementara masih banyak pengalaman organisasi lain di luar kampus yang pernah dijalani Manan. Seperti Sekretaris Forum Komunikasi Mahasiswa Surabaya FKMS (1996-1997), Bendahara Surabaya Press Club (1997-1998), Sekretaris AJI Surabaya (1998-1999) dan masih banyak lainnya.

Kiprah Jurnalis, Pengalaman Manis
Bertahun-tahun terjun sebagai jurnalis bukan berarti tidak memilki segudang pengalaman menarik. Apalagi seperti yang telah dijalani Abdul Manan, mulai dari bagaimana dia menjalani sebagai redaksi pers kampus hingga duduk sebagai redaksi Majalah TEMPO.

Ketika masih duduk di bangku kuliah saja dirinya sudah tergabung dalam media massa menjadi koresponden D & R ( Dektektif dan Romantika) biro jawa timur. ”Tepatnya pada tahun 1996 dan menginjak semester VI pertama kali saya bekerja sebagai wartawan,” kata pria berkacamata ini.

Seiring bergulirnya waktu Pengalamannya di dunia jurnalis pun kian segudang. Tantangan dan hambatan ketika berada di lapangan menjadi hal biasa bagi penggemar film Lord of The Ring ini. Pengalaman yang tak mudah dilupakan adalah saat meliput darurat militer di Aceh tahun 2003. Ia meliput di daerah tersebut selama sebulan. ”Layaknya liputan di daerah konflik, ruang gerak sangat terbatas, bahkan untuk keluar dari ’kungkungan’ harus hati-hati karena nyawa yang dipertaruhkan,” ujarnya.

Bagi Manan pengalaman yang masih teringat adalah ketika diperiksa polisi militer selama 7 jam. Itu gara-gara berita yang ditulis koran TEMPO mengenai penembakan tujuh warga sipil Bireuen Aceh. Berita itu membuat TNI naik pitam, dan semua wartawan tempo di Aceh kena getahnya. Pagi setelah berita keluar, Panglima Komando Operasi Brigjen Bambang Darmono memanggil saya dan wartawan Tempo lainnya. Tak pelak kita pun dimaki habis-habisan di kantornya.

Waktu itu, ia dan teman-teman TEMPO di Aceh merasa tak membuat berita itu, karena koran TEMPO mengutip berita tersebut dari kantor berita asing. Yaitu dari AFP, AP, BBC dan Reuters. ”Tapi kamilah yang kena dampratnya,” imbuh pria yang punya tinggi badan 160 cm tersebut.

Lantas mereka ditugasi kantor untuk mengecek ulang fakta tersebut. Terlebih dulu mereka ijin dengan orang GAM sebelum masuk ke daerah itu. Beralih pada rekrontuksi peristiwa itu dengan melihat lokasi dan wawancara sejumlah saksi mata. Dan kesimpulannya, ternyata tidak ada eksekusi seperti yang diberitakan itu.

Dari klarifikasi tersebut timbul masalah baru. TNI kembali marah gara-gara koran TEMPO menulis soal adanya Imam meunasah (Imam Mushola kalau di jawa) diinjak kepalanya oleh oknum TNI.

Akhirnya ia dan teman-teman wartawan datang ke daerah itu lagi. ternyata keadaan daerah tersebut sudah berbeda, tak seperti kemarin. Banyak tiang listrik tumbang, pohon kelapa roboh, jalan yang sebelumnya bagus menjadi rusak. Mengakibatkan mobil yang ditumpanginya tak bisa melewati jalan tersebut. Sampai akhinya memutuskan untuk naik ojek.

Rupanya sehari sebelumnya TNI datang ke daerah ini dan mengintrogasi penduduk soal penembakan tersebut. Gara gara TNI ke daerah inilah, pohon, tiang listrik dirobohkan. Hal itu dilakukan GAM untuk menghambat masuknya TNI. Akibat tulisan itu, semua anak tempo diperiksa polisi militer selama tujuh jam.

Liputan di Aceh bagi Manan cukuplah berkesan. Dan menurutnya profesi wartawan dalam menghadapi tantangan harus menerapkan prisip indepedensi dan keberimbangan. Karena sulitnya melakukan cek dan ricek atas fakta atau menguji kesahihan peristiwa apalagi saat berada di daerah berbahaya.

Oleh karenanya Anak kedua dari lima bersaudara ini mengaku tertarik pada profesi jurnalis lantaran terbayang-bayang jika menjadi seorang wartawan nanti tulisannya dapat berpengaruh baik di masyarakat. Justru dari sinilah tantangan itu muncul, sehingga seorang jurnalis dituntut tak hanya pandai meliput saja. Akan tetapi juga berupaya keras untuk melahirkan sebuah karya besar, khususnya bagi masyarakat. (Naskah:Riza Nor Fatma / Foto:Dok. Acta Surya)

Curriculum Vitae
Nama: Abdul Manan
Kelahiran: Probolinnggo, 5 Juli 1974
Alamat: Jl Proklamasi 72 Jakarta Kos di Jl SMEA VI No 44 Cawang III Jakarta Timur

Hoby: Baca buku, tidur, dengerin musik, jalan-jalan
Pendidikan: SDN Mayangan Probolinggo
SMP Nurul Jadid Probolinggo
SMA Nurul Jadid Probolinggo
Stikosa-AWS
Organisasi yang pernah diikuti: Koordinator Unit Kerohanian islam(1994-1995)Ketua senat Mahasiswa Stikosa AWS tahun 1995-1997Pemred Acta Surya 1997-1999Sekretaris Forum Komunikasi Mahasiswa Surabaya FKMS (1996-1997)Bendahara Surabaya Press Club (1997-1998)Sekretaris AJI Surabaya (1998-1999)Divisi Organisasi dan Eksternal AJI Jakarta (2001-2003)Kordinator Divisi Dana Usaha AJI Indonbesia (2003-2004)Divisi Organisasi AJI Indonesia (2004-2005)Sekjen AJI Indonesia (2004-2005)

Karir: Koresponden Majalah D&R di Surabaya (1996-1999)Redaktur Harian Nusa, Bali (1999-2001)Tempo (2001-Sekarang)Tempo News Room (2001-2003)Majalah Tempo (2003)Tempo Interaktif (2004)Koran Tempo (2004-2005)Majalah Tempo (2005-sekarang)

Tuesday, January 22, 2008

Pameran Foto Bahtera Nelayan

Angkatan baru Himpunan Mahasiswa Penggemar Fotografi (Himmarfi) Stikosa-AWS membuktikan kemampuannya. Terbukti dengan digelarnya pameran foto "Sisi Lain Kehidupan Nelayan" mulai 21 Januari hingga satu minggu kedepan di Pendopo Stikosa-AWS.

21 fotografer angkatan Bahtera itu memamerkan 42 karya foto. Foto-foto itu banyak menceritakan kehidupan nelayan. Misalkan karya Doni Maulana yang berjudul "To Be Alone" dan "Kompak. Sang fotografer menceritakan dalam situasi sendirian tidak ada satupun nelayan lain di sekelilingnya, ia tetap mencari ikan demi sesuap nasi untuk keluarganya.

Begitu juga pada karya Helmy Yuniar yang berjudul "Nyangkut". Karya foto itu bercerita tentang seorang nelayan mencoba membetulkan jaringnya yang didalamnya terdapat ikan hasil tangkapannya.

Mengenai pemilihan tema karena angkatan tersebut ingin memperlihatkan kepada masyarakat tentang kehidupan bahwa nelayan tidak semudah yang dibayangkan oleh orang lain. "Selama ini masyarakat hanya mengetahui pekerjaan nelayan sebatas mencari dan menjual ikan saja, dengan pameran foto ini diharapkan semua orang paham akan proses nelayan dalam mencari nafkah yang penuh pengorbanan,"kata Shulton Hadi Ketua Pelaksana pameran foto tersebut. (Andrian Saputri)

Monday, January 21, 2008

Surga Kecil Metropolis

Indahnya warna-warni cahaya, riuhnya canda tawa anak-anak, beraneka macamnya makanan maupun minuman dan tersedianya berbagai fasilitas di Taman Bungkul. Mungkin layak bila disebut disanalah surga kecil warga Metropolis Surabaya berada.

Mulai pagi hiruk-pikuk terlihat di taman kota yang diresmikan Walikota Surabaya Bambang Dwi Hartono 21 Maret 2007 lalu. Belum lagi saat sore hari menjelang hingga malam hari berbagai keindahan akan menyapa. Ya, dalam sekejap, Taman Bungkul telah menjadi tempat singgah favorit yang mengasyikkan.

Hampir di seluruh sudut, tidak ada yang sepi. Di tengah taman, pengunjung tumpah ruah. Ada yang duduk-duduk sambil bersenda gurau, berpacaran sambil makan kacang, atau berlari-larian mengejar mainan kitiran yang melayang di udara.

Di taman kota yang terletak di raya Darmo itu juga beroperasi para pengasong makanan dan minuman, mainan, tukang pijat dan bahkan tukang ramal. Maka, tak heran bila situasinya jadi seperti pasar malam.

Hingga suatu malam, yang biasa kita sebut malam minggu. Lahan parkir yang memutari taman sudah tak mampu lagi menampung kendaraan pengunjung. Tak pelak beberapa halaman kantor di sekitar Taman Bungkul pun berubah menjadi tempat parkir sementara.

Meski, parkir kendaraan nampak berjejal animo warga seakan tak pernah surut. Sering bergulirnya waktu kepadatan warga terus mengalir. Padatnya pengunjung dan pedagang di Taman Bungkul juga bukanlah alasan tepat bagi kita untuk tak merasakan singgah di taman kota tersebut.

"Kami terlanjur memutuskan rekreasi ke sini (Taman Bungkul). Tak apalah meski harus parkir agak jauh dari lokasi dan berdesakan," ujar Danis, warga Manyar Pumpungan yang malam itu datang berombongan dengan kawan-kawannya. (Andrian Saputri)

Taman Bungkul Mulai Tercoreng

Taman Bungkul Surabaya yang terkenal akan kelengkapan fasilitas penunjang kebutuhan warga Kota Surabaya, kini mulai tercoreng.

Hal ini terbukti dari seringnya di taman yang diresmikan Walikota Surabaya Bambang Dwi Hartono 21 Maret 2007 lalu dijumpai kerusakan-kerusakan pada fasilitasnya. Belum lagi rendahnya kesadaran warga terhadap tingkat kebersihan lingkungan taman tersebut.

Misalnya, rambu-rambu dilarang menginjak rerumputan taman atau larangan orang dewasa menggunakan arena bermain anak-anak seakan tak berlaku. Begitu pula larangan membuang sampah sembarangan atau berjualan di arena taman. Himbauan-himbauan itu sepertinya masih belum dapat menggugah kesadaran sebagian warga.

Akibatnya, tak heran, bila tidak sampai setahun, kondisi taman yang direvitalisasi dengan menghabiskan dana sebesar Rp 1,3 milyar dari Telkom itu sudah berantakan. Sampah berserakan dimana-mana, berbagai fasilitas bermain anak-anak rusak, taman bunga yang indah jadi tak indah lagi, lampu taman banyak yang pecah, dan bermain sepak bola tidak pada tempatnya.

Padahal, tak henti-hentinya petugas Satpol PP, pasukan kuning, maupun polisi lalu lalang mengontrol kawasan itu dan mengingatkan agar para pengunjung mematuhi rambu-rambu yang ada di Taman Bungkul.

"Wah, sulit sekali mengatur pengunjung. Padahal, sudah berkali-kali kami ingatkan agar tertib. Lihat itu, tanamannya rusak diinjak-injak. Sampah makanannya juga dibuang di sembarang tempat. Kami capek mengingatkannya," keluh Yamin salah satu petugas Satpol PP yang bertugas di taman tersebut.

Fasilitas lain yang dirasakan penting juga tidak nampak lagi di Taman Bungkul. Seperti beberapa colokan listrik yang biasanya dipakai untuk mencharge baterai laptop atau telepon selular kini jarang dijumpai. "Sayang sekali, padahal taman ini salah satu tempat favorit untuk mencari inspirasi," ujar Catur Irawan, pengunjung yang sering ke Taman Bungkul untuk mengerjakan tugas kantor. (Andrian Saputri)

Friday, January 18, 2008

Pertajam Visi dalam Resolusi 2008

Stikosa-AWS - Tahun 2007 tak lama meninggalkan kita. Kini kita telah menginjak di tahun 2008, tentu dengan beragam persiapan matang atau tidak, pastilah telah dilakukan demi mewujudkan angan dan cita-cita yang lebih baik.

Berangkat dari hal inilah sama halnya dengan yang dilakukan beberapa institusi pendidikan. Mulai dari program pengajaran, manajemen, hingga administrasi. Begitu pula dengan yang juga dilakukan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi-Almamater Wartawan Surabaya (Stikosa-AWS) misalnya.

Boleh dibilang tahun-tahun sebelumnya merupakan bahan evaluasi bagi Stikosa-AWS, yang mungkin kedepan dapat dijadikan momentum dalam membangun citra dan keberhasilan dari kampus tersebut. Kalau tahun sebelumnya misi yang dibangun adalah membentuk Stikosa-AWS sebagai lembaga untuk mendidik dan memfasilitasi komunikator yang handal.

Namun, di tahun 2008 ini menurut Ketua Stikosa-AWS Zainal Arifin Emka saat ditemui di ruang kerjanya mengatakan akan lebih mempertajam dan memperjelas pelaksanaan dari misi tersebut. ”Tentu sesuai dengan visi awal, yakni menjadikan Stikosa-AWS sebagai perguruan tinggi komunikasi yang mumpuni, setidaknya untuk Indonesia Timur,” jelas pria kelahiran Jember 18 Januari 1951 itu.

Sejak awal kepemimpinannya pembenahan-pembenahan begitu terlihat, mulai dari pembenahan struktural kepegawaian seperti peningkatan etos kerja. Juga dapat terlihat dari keramahan pelayanan pada mahasiswa. Selain itu, Stikosa-AWS di bawah nahkoda Zainal di tahun 2008 akan memfokuskan pada peningkatan mutu pendidikan. Seperti yang dicontohkan pengarang buku Wartawan Seharusnya Tepercaya itu bahwa nantinya akan dikonsistensikan kuliah umum dan kunjungan kerja bagi semua mahasiswa.

Bahkan di tahun ini target kuliah umum yang diadakan minimal sebulan sekali akan berusaha dicapai, untuk memenuhi target sebelumnya yang tidak berhasil terpenuhi. Disinggung mengenai alasan diadakannya kuliah umum ini, Zainal Arifin dengan tegas mengatakan bahwa kuliah umum ini diadakan dengan tujuan untuk mendekatkan dunia akademis yang cenderung idealis, dengan realitas dunia kerja yang sebenarnya.

Materi yang diberikan pun tidak hanya lingkup komunikasi dan jurnalistik saja. Seperti materi kuliah umum yang akan dilaksanakan beberapa waktu dekat, yaitu peluang kerja di asuransi. Materi yang berkesan melenceng dari mata kuliah ini, diberikan berkaitan dengan realitas dunia kerja yang cenderung keras. “Sekarang banyak orang yang bekerja tidak sesuai bidangnya, misal insinyur ada yang menjadi guru, bahkan dokter jadi wartawan,” ujar mantan Wakil Pimpinan Redaksi Surabaya Post ini.

Oleh karenanya Zainal yang dilantik pada November 2007 itu berharap kelak mahasiswa Stikosa-AWS dapat memenuhi cita-cita awal, yakni menjadi komunikator yang handal dan memiliki life skill. Karena komunikasi itu salah satu bagian yang integral dalam hidup. Banyak orang pintar gagal, karena ia tidak pandai mengkomunikasikan maksudnya pada orang lain.
Naskah : Silviyanti Nur Indah Sari/Ilustrasi : M.Ridlo'i

Advantagetermlife.com : Menghargai hidup dan meraih peluang

Banyak yang mengatakan, asuransi adalah dunia omong kosong. Hanya akal-akalan sejumlah orang di balik jubah pengusaha yang ujung-ujungnya jelas ; duit.

Pandangan ini, setidaknya berkembang pesat di Indonesia. Padahal di negeriu tetangga, asuransi jadi bagian dari kebutuhan hidup yang tak terelakkan. Bahkan jika jeli memilih layanan asuransi, banyak hal positif yang bisa didapat.


Sesekali, coba masuk ke Advantagetermlife.com. Di halaman depan, web ini langsung menyapa dengan kalimat penuh makna ; "Have you made the decision to purchase an insurance policy?"

Dilanjutkan dengan kalimat 'If so, congratulations! You have taken the first step toward guaranteeing a solid financial future for those you love and care about the most'. Ya. Asuransi adalah bahasa cinta yang muncul dalam bentuk penghargaan. Menghargai diri sendiri atau orang lain yang kita cintai. Dengan logika ini, Advantage Life Insurance mencoba menawarkan beberapa hal, yang bila dilihat dari persepsi yang benar, bisa dipandang sebagai sebuah advantage atau keuntungan.

Advantage Life Insurance memahami benar hal itu. Karenanya, perusahaan asuransi ini dengan senang hati siap melayani Anda lewat beragam informasi terkait dengan adanya diferensiasi tipe insurance policies. Baik Save Money on Insurance, Reduce Premiums, Quoting Insurance Services, Insurance Quoting Services dan Term Life,Key man Coverage, Insurance Quotes dan Online Insurance Policy, Life Family Plan Premium dan Family Insurance, Employee Benefit Package dan Corporate Insurance Plans for Employers,Save Money on Insurance Premium dan Cheap Smoker Insurance Rates, Cash Back Life Insurance, terakhir, layanan Lower Your Insurance Premium dan Insurance Plans Pros and Cons. So, get a quote today for all of your insurance needs.
This information come from Blogvertiser.com

Sunday, January 13, 2008

Grebeg Suro Majapahitan

Perilaku masyarakat Jawa Timur yang percaya untuk meneruskan tradisi leluhurnya masih begitu melekat. Grebeg Suro sebagai buktinya, kebanyakan mereka tak melewatkannya demi berharap berkah leluhur.

Tahun 2008 ini, hampir di setiap kota di Jawa Timur yang masih kental nuansa budaya Jawa merayakan peringatan 1 Suro. Seperti di Mojokerto, Nganjuk, Kediri, Malang, Tulungangung, Ponorogo dan lain sebagainya.

Di Mojokerto, rangkaian acara Grebeg 1 Suro Mojopahit tahun 1941 Saka diselenggarakan pada 9-10 Januari 2008. Berhubung diselenggarakan di sentra Majapahit, tak pelak acara tersebut diwarnai kemasan ala kerajaan Majapahitan. Baik pilihan tempat, kostum, asesoris, prosesi ritual, dan lain-lain.

Acara peringatan tahun baru kalender jawa dipusatkan di Pendapa Agung Trowulan Mojokerto yang berada di dekat kompleks makam Raden Wijaya (pendiri Mojopahit, red). Sepertinya, pilihan ini dilakukan karena pendapa tersebut diyakini dibangun tepat di atas lokasi yang merupakan pusat situs purbakala Majapahit.

Dengan kata lain, tempat ini setidaknya pernah jadi tempat berkumpulnya para leluhur pada zaman Kerajaan Majapahit. Pendapa Agung sendiri dibangun oleh Komando Daerah Militer (Kodam) VII Brawijaya.

Di samping itu, keberadaan pendapa yang memiliki halaman sangat luas boleh dibilang cukup masuk akal untuk menampung ratusan pengunjung yang hadir. Sejak pagi, kawasan ini terus dipadati warga yang datang dari berbagai kota.

Semarak perayaan yang mengangkat tema Ruwat Bebrayan Agung Nuswantara itu mulai terlihat begitu memasuki desa Trowulan. Beragam warna-warni umbul-umbul dan spanduk dari pihak sponsor telah terpasang. Tak mau ketinggalan pula, berbagai spanduk ucapan selamat dan sukses perayaan Grebeg Suro Majaphit juga dimanfaatkan oleh beberapa calon gubernur sebagai ajang kampanye.

Membuka acara, pada 9 Januari malam di Pendapa Agung diadakan pembacaan Gelar Macapat Paguyuban Among Tani Majapahit. Kemudian dilanjut dengan pagelaran wayang kulit hingga menjelang subuh.

Ketua Umum Panitia KP Soeharto Soerjo Widjojo menjelaskan peringatan tahun baru Suro merupakan momentum budaya jawa, di tengah keberagaman kebudayaan di negara ini. Sehingga karena itu sebagai warga jawa sepatutnya kita melestarikan dan menjaga budaya kita. "Sebagai orang jawa, kita perlu menjunjung budaya yang diwariskan oleh leluhur kita," katanya dalam pemberian sambutan sebelum Gelar Macapat.

Keesokan harinya, mulai pagi hingga malam desa Trowulan menjadi lautan masa. Dimulai dengan acara hikmat ziarah keluarga kerajaan Majapahit ke Taman Makam Pahlawan Mojokerto, Siti Hinggil, dan dipungkasi di Candi Kedaton atau Sumur Upas. Prosesi yang dipimpin oleh Soeharto terasa begitu sakral tatkala di Sumur Upas. Betapa tidak, disitulah untaian berkah pada leluhur dipanjatkan. Bahkan ratusan orang rela berduyun-duyun guna mendapatkan bunga dari keluarga kerajaan. Konon, mereka mempercayai bahwa bunga dan do'a yang diberikan keluarga kerajaan sangatlah mengandung berkah.

Beranjak siang meskipun terik matahari begitu menyengat, ratusan masyarakat begitu antusias berkumpul di pelataran Pendapa Agung guna menyaksikan pertunjukan seni rakyat. Seperti pertunjukan seni bantengan, reyog Ponorogo, dan bahkan ada reyog asli Bangsal Mojokerto.

Setelah kesenian rakyat usai, sore harinya masyarakat berjubel di sepanjang jalan dari Museum Penyelamatan Arca Trowulan hingga di Pendapa Agung. Mereka ingin melihat prosesi kirab sesaji yang diiring-iringi pawai budaya dengan jarak tempuh sekitar 3 kilometer.

Anehnya, sesampai di depan gapura Pendapa Agung sesaji tak langsung diperebutkan. Dan ternyata sesaji yang juga berupa tumpeng itu diperebutkan di puncak acara pada malam harinya. Resepsi Grebeg 1 Suro Majapahit namanya. "Ini merupakan acara puncak dari rangkaian Grebeg 1 Suro Majapahit dan karena dinamakan resepsi karena kebetulan acara ini dibuat resmi," ujar pembawa acara malam itu.

Setelah sambutan-sambutan, diadakan acara Ujub Sesaji Grebeg 1 Suro Majapahit 1941 Saka. Yaitu sebuah panjatan do'a bersama yang kemudian dipungkasi dengan Kembul Bujana Andrawina (rebutan sesaji dan makan bersama, red). Pembacaan Ujub Sesaji belum usai masyarakat sudah tak sabar lagi untuk memperebutkan sesaji yang ada di hadapan tamu undangan. Tak pelak acara yang semestinya berlangsung khidmat menjadi gaduh karena masyarakat yang berebut sesaji.

Tepat memasuki pukul 10 malam pesta rakyat dilanjutkan dengan pagelaran wayang kulit semalam suntuk dengan lakon Wahyu Makutharama dibawakan dalang Ki Surono Gondo Taruna dan sinden Elizabeth. Pagelaran wayang ini sekaligus sebagai penutup seluruh rangkaian Grebeg Suro Majapahitan, untaian berkah pada leluhur dan pesta rakyat pun telah terpanjatkan. (Naskah/Foto: M. Ridlo'i)


Kerukunan Kepercayaan. Umat Tionghoa juga ikut memeriahkan pawai budaya Grebeg 1 Suro Majapahit di Trowulan Mojokerto....





Reyog Bermotor. Reyog Ponorogo ini tampil dengan naik motor saat pertunjukan seni rakyat di pelataran Pendapa Agung Trowulan Mojokerto...



Singo Brawijaya. Penampilan reyog asal Bangsal Mojokerto cukup atraktif dengan memainkan ikon mereka, yakni Singo Brawijoyo...

Wednesday, January 09, 2008

Memanjakan Imajinasi di Irlandia

Negeri ini ternyata menyimpan banyak pesona. Tak hanya Dublin, tapi juga Cardiff, Newcastle, dan Leeds.

Sebenarnya, Irlandia hanyalah nama dari sebuah pulau di Eropa, tepatnya lepas pesisir barat benua Eropa. Pulau ini terbagi menjadi dua bagian, Republik Irlandia, sebuah negeri beribu kota di Dublin, dan Irlandia Utara, bagian Britania Raya yang beribu kota di Belfast.


Pulau Irlandia, ada yang menyebut dengan nama Éire, memiliki panjang 280 mil atau sekitar 450 km. Salah satu pesona yang dimiliki Irlandia adalah Sungai Shannon, sebuah sungai yang mengalir dari sisi utara ke selatan. Pesona lain ada di Danau Neagh, di Irlandia Utara.


Selain pesona alam, Irlandia juga menyimpan beberapa kawasan yang selalu disebut dalam paket wisata. Antara lain Dublin, Cardiff, Newcastle, dan Leeds. Di Dublin, kita bisa menikmati banyak obyek wisata. Antara lain Guinness Storehouse. Sesuai namanya, di sini, kita bisa melihat perjalanan panjang Guiness sebelum berkembang menjadi industri bir terkemuka di dunia. Lalu Trinity College, sebuah lembaga pendidikan terkemuka yang memiliki perpustakaan kuno dengan arsitektur uang menawan.


Di Cardiff, kita makin dimanjakan dengan beragam bangunan lawas yang menjanjikan banyak kisah sejarah. Seperti Cardiff castle, Millennium Stadium, Llandaff Cathedral, dan masih banyak lagi. Sedangkan di Newcastle, kita diajak menikmati suasanan pelabuhan dan kisi-kisi dramatik di tepi curam Sungai Tyne. Tak lupa, kunjungi pula St James Park dan The Quayside. Pada malam hari, Newscastle terasa makin hidup.
Di Leeds, beberapa atraksi wisata menawan bisa ditemui di Royal Armouries Museum, Temple Newsam, Thackray Medical Museum, dan masih banyak lagi.

Sudah barang tentu, untuk menikmati pesona Irlandia bakal butuh waktu panjang. Karenanya, sebelum tiba di sini, lakukan reservasi hotel secara online. Misalnya di
Cheaperthanhotels.co.uk yang banyak memberi info tentang hotel murah dan berkualitas. Links lain yang bisa di klik adalah Dublin hotels, Cardiff hotels, Newcastle hotels, dan Leeds hotels. Jadi, coba saja.

This information come from Blogvertiser.com

Saturday, January 05, 2008

Distribusi Bantuan Tidak Memadai

Sebagian Warga Bertahan Di Rumah

Distribusi bantuan untuk korban banjir di Kecamatan Maduran Lamongan tidak memadai. Semenjak luapan Bengawan Solo yang menenggelamkan dua desa di kecamatan tersebut, yaitu Desa Gedangan dan Blumbang pada 31 Desember 2007 lalu masyarakat banyak mengeluhkan kurang memadainya bantuan bagi korban banjir.

Bantuan yang semestinya didatangkan dari pemerintahan setempat kerapkali dirasakan warga masih kurang sewajarnya. Seperti yang diutarakan Sukaya (56) warga Desa Gedangan bahwa hingga pertama desanya terkena banjir bantuan bahan makanan sering kurang jumlahnya dari keseluruhan jumlah kepala keluarga. "Belum lagi kebutuhan akan pengadaan air bersih bagi setiap keluarga," imbuhnya.

Sementara itu Yatno (33) warga Desa Blumbang mengatakan bantuan berupa pangan memang ada, akan tetapi ia sangat menyayangkan apabila pembagian bantuan tidak sesuai dengan kebutuhan korban banjir. Bahkan dirinya dan beberapa korban lainnya juga mengutarakan jika datangnya bantuan sering terlambat.

Menanggapi keluhan warganya, Ali Gufron Kepala Desa Gedangan mengatakan upaya permohonan pendistribusian bantuan secara memadai telah dilakukan. "Saya telah melaporkan keluhan-keluhan warga pada pemkab dan mengenai keterlambatan pengiriman menurut informasi yang diperoleh karena sulitnya akses menuju dua desa tersebut," ujarnya.

Menurut keterangan Ali di Desa Gedangan sendiri banjir telah menenggelamkan rumah sebanyak 295 kepala keluarga dari 485 kepala keluarga. Bahkan jumlah itu diprediksi bertambah melihat setiap hari hujan deras mengguyur desa tersebut.

Sampai Jum'at (4/1) sebagian warga di dua desa tersebut bersikeras bertahan di rumah. Padahal, ketinggian air mencapai rata-rata 1 meter hingga 1,5 meter. Kebanyakan dari warga menolak dievakuasi ke posko banjir yang didirikan oleh warga karena khawatir akan keselematan barang-barang yang ada di rumahnya.

Di rumah masing-masing, warga bertahan menggunakan lemari, dipan, ataupun bambu untuk membuat semacam panggung darurat di dalam rumah. Berbagai harta benda warga juga ditumpuk di panggung itu. Seperti sepeda, kursi, ternak, gabah, dan pakaian.

Sedangkan sebagian dari mereka memilih untuk membuat perahu dari pohon pisang atau dari kayu-kayu, sehingga tidak khawatir sewaktu-waktu permukaan air naik. Di sisi lain, adapula warga yang tidak mempunyai perahu dan tidak seberapa memedulikan risiko tersebut. (Naskah:M. Ridlo'i / Foto:Akbar Insani)



Banjir Datang, Harapan Melayang

Sukaya (70) sedang mengangin-anginkan cobek hasil garapannya di depan tempat dia tinggal....





Puluhan hektar sawah di Desa Gedangan Maduran Lamongan mengalami gagal panen akibat banjir luapan bengawan Solo...






Puluhan hektar tambak di Desa Gedangan Maduran Lamonganjuga gagal panen akibat banjir luapan bengawan Solo...



Air Bengawan Solo yang meluap tak hanya berdampak pada jatuhnya korban jiwa, rumah-rumah tenggelam, putusnya arus transportasi dan telekomunikasi saja. Akan tetapi, sebuah dampak lain yang tak kalah pentingnya, yakni sektor perekonomian.

Seperti banjir yang melanda Desa Gedangan Kecamaan Maduran Kabupaten Lamongan. Puluhan Hektar sawah dan tambak gagal panen akibat air bah yang menyerang desa tersebut pada 31 Desember 2007 lalu. 13 tahun silam banjir juga pernah melanda kecamatan Maduran, namun menurut salah seorang warga yang tak mau disebut namanya banjir kali ini lebih parah.

Selain itu, mata pencaharian utama penduduk desa yang berjumlah 485 kepala keluarga itu sebagai pengrajin cobek dan genthong juga terhambat. Betapa tidak, bahan baku tanah liat basah yang diproses hingga berbentuk cobek atau genthong harus didukung dengan proses pengeringan melalui panas matahari dan dilanjut dengan proses pembakaran.

Dengan adanya banjir otomatis proses produksi pengeringan dan pembakaranpun terhenti. Sehingga jalannya pemasaran pada pelanggan terlambat. Seperti yang dirasakan Sukaya (70) pengrajin cobek Desa Gedangan yang mengeluhkan terhambatnya proses produksi dari usaha yang digeluti bersama anaknya. "Biasanya barang-barang ini dikirim satu minggu sekali pada pedagang-pedagang di kota, adanya banjir jadi terhentilah proses pembuatan dan penyalurannya pada pelanggan," ucap nenek yang mengaku menekuni usaha tersebut sejak kecil.

Menurut keterangan warga setempat biasanya cobek maupun genthong dijual dan disalurkan pada pedagang-pedagang di Tuban, Surabaya, Madura, Malang hingga Ambon. Bahkan menurut anak Sukaya kebanyakan dari mereka pelanggan tetap warga di desa Gedangan yang membeli berdasarkan pesanan. "Melihat musibah yang tengah melanda desa kami, sepertinya pelanggan-pelanggan itu beralih pada tempat lain," tambahnya lirih.

Meski, dibilang musibah datangnya banjir membuat harapan warga jadi melayang. Ribuan rupiah ada di depan mata berkat usaha manusia, tetapi apalah daya bukan manusia yang berkehendak. (Naskah/Foto: M. Ridlo'i)

Di Balik Banjir Lamongan


Seorang anak kecil sedang mengayuh dayung rakitnya di atas air banjir yang melanda Desa Gedangan Maduran Lamongan...(M. Ridlo'i)







Seorang anak perempuan terlihat begitu sedih meratapi musibah banjir yang sedang melandanya...(M.Ridlo'i)









Terlihat seorang wanita warga Desa Blumbang Maduran Lamongan sedang membersihkan rumahnya dari air banjir yang membekas...(M.Ridlo'i)





Balai Desa Blumbang Kecamatan Maduran Lamongan juga tak luput dari banjir.....(M.Ridlo'i)









Sekolahan TK di Desa Gedangan juga jadi korban keganasan air bah bengawan Solo....(M. Ridlo'i)







Seorang anak kecil sedang berenang menuju tepian dan berusaha bertahan di tengah tingginya air banjir...(M.Ridlo'i)








Mengungsi di atas Masjid Desa Blumbang Maduran Lamongan...(Akbar Insani)





Adanya banjir di Desa Gedangan Maduran Lamongan membuat seorang warga mengamankan sepeda kesayangannya di rakit pohon...(Akbar Insani)






Motreti Muara Bengawan Solo. Maaf, perlu dipublikasikan karena anak ini baru berani naik perahu...







Meski banjir melanda Desa Gedangan Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan, beberapa warga masih tak patah arang untuk tetap mencari nafkah ke kota...(Akbar Insani)

Joko Berek ala Pejabat Publik


Joko Berek anak Dewi Sang-Sang dari Lidah Donowati mencari Jayangkuno yang menjadi Tumengun Surabaya, dan berkediaman di Taman Surya. Tidak mudah bagi Joko Berek untuk bertemu dengan bapaknya. Joko Berek harus terlebih dahulu melewati penjagaan istana.

Akhirnya Joko Berek dapat bertemu dengan Jayangkono dan diakui sebagai anak setelah menunjukkan Selendang yang dititipkan Ibunya. Selendang itulah sebagai bukti bahwa Joko Berek adalah anaknya hasil hubungan gelap dengan Dewi Sang-Sang saat berkunjung ke Lidah Donowati. Dan oleh Jayangkuno Joko Berek diganti namanya menjadi Sawung Ngaling.

Masa jabatan Jayangkuno telah habis, dan harus segera digantikan. Orang yang mampu mengantikan jabatannya haruslah darah keturunan Jayangkuno sendiri. Kedua anak Jayangkuno, yakni Sawung Rono dan Sawung Sari tidak dapat memenangkan sayambara. Sawung Ngaling sebagai anak terakhir mohon do'a restu kepada bapaknya untuk mengikuti sayembara.

Alhasil, sayembara dapat dimenangkan Sawung Ngaling Oleh Cokroninghrat dan Sawung Ngaling diangkat menjadi Tumengung Surabaya dan dianugerahi Gelar Golma Sosro Negoro.

Itulah sekelumit kisah dari pagelaran ludruk Urban yang menampilkan lakon Joko Berek Ngluruk Taman Surya. Dibintangi pejabat-pejabat publik Surabaya di antaranya wawali Arief Affandi, Kapolwil Surabaya Anang Iskandar, dan Konsulat Jenderal Amerika Caryn McClelland, pagelaran ludruk untuk umum itu digelar beberapa jam menjelang malam pergantian tahun 2007 menuju 2008 lalu di Taman Surya Surabaya. Selain pejabat publik tidak ketinggalan pula seniman-seniman ludruk Jawa Timur, seperti Kancil, Supali, Kartolo, Agus Kuprit dan Sidik.

Dalam pagelaran ludruk Joko Berek tersebut sengaja diperankan oleh pejabat publik di KOta Surabaya. Bahkan Arif Affandi didaulat berperan sebagai penjaga istana yang akan dilewati Joko Berek (Agus Kuprit) saat mencari bapaknya. "kerepku maen ludruk golek peran seng penak-penak ae malah dadi Satpol PP. jarene Sutradarane PNS kapan onok Mutasi . Sekali-kali ngrasakne dadi Satpol PP," ujar Arief Afandi dengan logat Suroboyoannya yang spontan disambut tawa penonton. (M. Roby Ridwan)