Wednesday, April 25, 2007

CIVITAS




Berawal dari mausia. "Seringnya terjadi kecelakaan akibat dari penumpang yang tidak sabar menunggu kapal untuk bersandar...", itulah kalimat yang pendukung foto 'Kok Nekat?' karya Kunto Hadi, dalam pameran foto Himmarfi Stikosa-AWS 'Ujung-Kamal...3000' di Royal Plaza Surabaya.




Ujung-Kamal dalam Bingkai Foto


Sebagai negara maritim, Indonesia memiliki kelebihan di bidang kelautannya. Oleh karenanya potensi laut yang ditunjang dengan sarana transportasi kelautan sangalah patut diperhatikan, mengingat banyaknya insiden kecelakaan yang menimpa jalur transportasi kita.


Realitas inilah yang mendorong Himpunan Mahasiswa Penggemar Fotografi (Himmarfi) Stikosa-AWS menggelar pameran akbar ‘Ujung-Kamal 3000’. 50 karya foto dari 23 fotografer itu digelar mulai 23-29 April di area Promo 8 Lt. Gronud Royal Plaza Surabaya.


Mengenai tujuan pameran tersebut, menurut informasi yang diperoleh Acta Surya bahwa Himmarfi ingin memperlihatkan kekuatan sarana transportasi laut kepada masyarakat, khhusunya penyebrangan Ujung (Surabaya) menuju Kamal (Madura). Karena lambat laun akan tersaingi dengan berdirinya Jembatan Suramadu yang dalam waktu dekat ini, berfungsi sebagai jalur alternative Surabaya-Madura. (Nakah/Foto: M. Ridlo’i)





Sunday, April 01, 2007

Galeri Foto











Jelang Senja di Lapangan Kodam V Brawijaya





Seiring bergeser mentari menuju ufuk barat. Berbagai aktifitas warga sekitar Makodam V Brawijaya pun tampak terlihat mulai memeriahkan suasana sore itu. Langit tampak cerah kebiruan mulai pedagang kaki lima yang hendak menjajakan dagangannya, anak-anak kecil bermain bola maupun bersepeda seolah menyapa pengunjung yang hadir. Tak jarang tempat ini juga kerap dijumpai pasangan muda-mudi yang lagi asik dilanda asmara. (Dhimas P. / M. Ridlo'i)




Kisah Mahabarata Tersirat dalam Tari Barong

Iringan bunyi gamelan, menyuarakan suara-suara merdu, serta panggung yang ditata menyerupai hutan membawa kenyamanan ratusan penonton yang ada di gedung pertunjukan Putra Barong, Gianyar Bali.

Begitu pula tepuk riuh mereka yang menggema di seluruh sudut ruangan, sore itu (26/1). Ikut meramaikan pertunjukkan bertajuk “ Tari Barong dan Keris".

Pagelaran seni khas Bali ini menggambarkan pertarungan antara kebajikan melawan kebatilan. Barong adalah makhluk mithologi yang menceritakan kebajikan dan Rangda yang kala itu berubah menjadi sosok roh jahat (setan).

Siapa sangka tarian khas Bali ini ternyata bukanlah budaya asli Indonesia, melainkan budaya Cina. Yaitu Barongsai, namun budaya ini masuk ke Indonesia melalui beberapa tahapan hingga akhirnya menjadi Barong kejet yang menggambarkan seekor singa. Barong adalah sosok raja hutan yang diutus untuk menjaga kelestarian hutan tersebut.

pertarungan kebajikan melawan kebatilan
Selain itu di balik tarian - tarian ini, ternyata banyak cerita yang diambil dari kisah kehidupan Mahabarata. seperti yang diceritakan dalam kisah Dewi Kunti dan kedua pengikutnya yang turun ke bumi. Setelah kesalahan yang di buat oleh Dewi Uma, yang diutus untuk mencari obat air susu ke dunia. Namun sang Dewi Uma melakukannya dengan jalan yang salah yaitu dengan menukar harga dirinya.

Kala itu di istana pura sedang tertimpa bencana wabah penyakit, yang obatnya itu harus berupa air susu. Kemudian dewi kunti mendengar suara sabda, salah satu putranya untuk dipersembahkan pada Dewi Durga (dewi penunggu kuburan).

Sebenarnya Dewi Kunti tidak sampai hati mengorbankan putrannya Shadewa, tetapi Dewi Durga memasukan roh jahat kepadanya yang menyebabkan Dewi Kunti marah dan berniat mengorbankan anaknya serta memerintahkan patihnya untuk membuang Sahadewa ke dalam hutan dan mengikatnya. Namun patihnya pun tidak luput dari kemasukan roh jahat.

Kemudian turunlah Dewa Siwa dan memberikan keabadian bagi sahadewa. Namun niat Rangda untuk membunuhnya, tidak dapat diwujudkan karena kekebalan yang dianugrahkan oleh Dewa Siwa. Pada akhirnya Rangda menyerah serta memohon kepada sahadewa untuk diselamatkan karena dengan demikian dirinya bisa masuk sorga.

kemudian Kalika (seorang pengikut rangda) pergi menghadap Sahadewa. Namun sumpah yang diucapkan di tolak dan menimbulkan perkelahian. Kalika pun berubah wujud menjadi babi hutan hingga akhirnya menjadi burung. Akan tetapi masih dikalahkan Sahadewa. Dan akhirnya Kalika berubah wujud untuk ketiga kalinya menjadi sosok Rangda. Oleh karena kesaktiannya Rangda, Sahadewa tidak dapat membunuh hingga akhirnya Sahadewa berubah rupa menjadi Barong.

Karena sama saktinya pertarungan ini tidak ada yang menang. Dengan demikian perkelahian antara kebajikan melawan kebatilan tetap abadi. Kemudian muncul lah pengikut-pengikut Barong dengan kerisnya.Dan pada akhirnya mereka ini semua pun tidak ada yang berhasil melawan kesaktian rangda dalam sebuah pertunjukkan tari Barong.

Namun banyak pengunjung yang kurang paham dengan alur cerita yang digambarkan. Seperti halnya celetuk salah seorang penonton, "sebenarnya ceritanya kurang mengena dari maksud tariannya, tapi kita tertarik karena tarian yang begitu atraktif." (foto/naskah: Shiska pradibka)

HOBI DATANGKAN BERKAH

Sebagian orang menganggap hobi hanya sebagai pengisi waktu luang saja. Akan tetapi tidak demikian halnya bagi Diar Listiya Astriana. Baginya hobi dapat mendatangkan uang. Berawal dari kegemarannya mendengarkan musik dan berbicara, mengantarkannya menjadi penyiar radio swasta Sonora FM.

Menjadi seorang penyiar tidak semudah seperti yang dibayangkan. Hal ini seperti yang dirasakan dara yang bercita-cita menjadi seorang reporter. “ Seorang penyiar itu harus bisa membuat pendengar mengerti apa yang mau di sampaikan,” ungkapnya.

Menurutnya selain harus memiliki sifat supel, seorang penyiar juga harus cerdas dan mempunyai keinginan untuk terus belajar. Hal inilah yang dirasakan mahasiswi semester II yang memiliki panggilan Diar ini.

Saat ditanya mengenai kesulitannya menjadi penyiar. Cewek pecinta basket ini mengatakan menjadi seorang penyiar memang sangat sulit apalagi membawakan hal yang berbau politik.

"Pengalaman ini saya rasakan tatkala berumur 19 tahun, sehingga memaksaku untuk belajar mengenai seluk beluk dunia politik,” katanya. Diar memilki angan-angan yang masih belum terwujud. Dirinya sangat memimpikan untuk bersekolah, kerja dan tinggal di luar negeri dan negara yang dipilihnya adalah Singapura. "Walaupun negara yang kecil tetapi termasuk salah satu negara yang maju di Asia,” imbuhnya.

Tentu saja keinginan ini tidak gampang untuk diraihnya, karena dia harus mempunyai titel S1 dan memiliki nilai toefl yang tinggi. Alasan inilah yang membuat mahasiswi penggemar rapper Eminem ini bersekolah di stikosa-AWS.

Sebelum menjadi seorang penyiar seperti sekarang ini, dia juga sempat menjadi sekertaris Public Relations (PR) di sebuah hotel berbintang di Surabaya. - Eva Mayasari Hidayanti

Curiculum Vitae

Nama
Diar Listiya Astriana

Tempat tanggal lahir
Surabaya, 23 Desember 1985

Alamat
Jln. Gresik 39

Hobi
Main Basket, dengerin musik dan ngobrol.

Cita-cita
sekolah, kerja dan tinggal di luar negeri.

ABADIKAN KECERIAAN MASA KECIL

Berbagai keceriaan anak-anak kecil terabadikan dalam sebuah karya foto angkatan baru Himpunan Mahasiswa Penggemar Fotografi (Himmarfi) 'Kereta Pagi'.

Seperti yang terlihat di foto berjudul 'Ngiyup' karya Isma mahasiswi semester II jurnalistik. Pada fotonya menggambarkan dua anak kecil yang sedang berteduh di bawah ujung kapal yang terdampar di sebuah pantai.

Selesai mengikuti Himmarfi Bassic Training (HBT) tidak serta merta membuat calon anggota baru Himmarfi santai. Hanya berselang beberapa minggu saja mereka sudah harus membuat pameran sebagai syarat untuk menjadi anggota muda Himmarfi.

Pameran bertema "Keceriaan Masa Kecil" yang bertempat di pendopo kampus Stikosa-AWS, ini dibuka pada 20 Maret lalu. 26 karya dari 13 anggota baru Himmarfi tersebut akan dipajang hingga 26 Maret nanti.

Menurut Ketua Pelaksana pameran Michael Ola tema tersebut diambil, karena masa kecil adalah masa dimana setiap orang pernah mengalami dan tak bisa diulang. "Konsep ini juga diambil karena lebih fokus daripada konsep yang lainnya," imbuhnya. (Naskah/Foto: Guntur IP/Dimas P.)

STIKOSA - AWS MENANGKAN HIBAH DIKTI

Beberapa perguruan tinggi negeri maupun swasta di Surabaya mulai berlomba-lomba memenuhi fasilitas kampus, dengan mengharapkan pengajuan bantuan pada Ditjen Pendidikan Tinggi (DIKTI).

Terlebih pada sebagaian universitas yang memiliki jurusan ilmu komunikasi. Misalnya Universitas Kristen Petra (UKP), Unirvesitas Airlangga (Unair), dan Universitas Dr.Soetomo (Unitomo). Ketiga kampus tersebut mempunyai nilai plus dalam menunjang apresiasi belajar mahasiswanya. Mulai membangun fasilitas pendukung pendidikan dengan konsep dan persiapan yang serius telah dilakukan.

Tidak mau ketinggalan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi-Almamater Wartawan Surabaya (Stikosa-AWS), yang notabene adalah kampus tertua di bidang komunikasi dalam kancah Surabaya. Di mana porsi mata kuliah yang mendominasi lebih berorientasi pada praktek, juga tengah melakukan hal yang sama.

Oleh karena itu, para pemegang kebijaksanaan di kampus ini sedang asyik-asyiknya melakukan pembenahan-pembenahan fisik maupun nonfisik yang mendukung kegiatan mahasiswa.

Memasuki awal tahun 2005, era kepemimpinan Nadim Zuhdi, terhitung sudah ada beberapa peningkatan fasilitas kampus, walaupun dirasa terkesan agak lamban. Sebut saja beberapa fasilitas tersebut misalnya, pe-refresan alat berupa infokus LCD-Proyektor, OHP, dan beberapa komputer yang mendukung pemenuhan fasilitas kampus.

Menanggapi keadaan pemenuhan fasilitas kampus yang terkesan lamban, Ketua Stikosa-AWS Nadim Zuhdi mengatakan bahwa semuanya itu ada prosesnya, tidak bisa secara instan. "Kami mendapatkan fasilitas itu pun tidak mudah, yaitu dengan hibah bersaing," tukasnya.

Hibah bersaing? Saat ditanya lebih lanjut mengenai hal tersebut, ia memaparkan lebih lanjut bahwa fasilitas tersebut diperoleh dari bantuan Ditjen Pendidikan Tinggi (DIKTI) pusat pada awal tahun lalu. "Itu pun kami peroleh melalui proses yang cukup lama," ungkap Nadim.

Proses yang harus dilewati adalah lewat pengajuan proposal permintaan bantuan terlebih dahulu kepada DIKTI yang saingannya tidak sedikit. Kemudian berlanjut ketahapan berikutnya yaitu dari pihak Dikti mengundi kampus manakah yang berhak menerima bantuan fasilitas.

Mengenai Fresh Money, Nadim-Cholil Beda Pendapat
Alhasil, dari kelima perguruan tinggi yang mendapatkan berupa bantuan fasilitas kampus dari DIKTI salah satunya adalah Stikosa-AWS.

"Bantuan itu awalnya berupa, lalu kami sendiri yang membelanjakan berupa peralatan berupa fasilitas penunjang belajar mahasiswa," kata Koordinator Bagian Administrasi Umum (BAU) Stikosa-AWS, M.Cholil pada Acta Surya.

Namun, pernyataan Cholil dibantah oleh Nadim. Bahwa bantuan awalnya berupa peralatan bukan fresh money. ”Bantuan itu bukan berupa uang, melainkan berupa fasilitas prasarana kampus,” sergahnya.

Lantas, bagaimana wujud pendistribusian dan penggunaan fasilitas tersebut? Menurut Cholil mengenai pendistribusian fasilitas masih dikendalikan sepenuhnya oleh ketua Stikosa-AWS. Sedangkan untuk penggunaannya diserahkan sepenuhnya pada Koordinator Pengajaran Zaenal Arifin Emka.

"Penggunaan ruangan ataupun fasilitas lainnya ditetapkan menurut pengaturan kurikulum pengajaran yang dibuat oleh Program Studi (Prodi) kampus," tambahnya.

Mengenai hal ini Nadim merasa sudah cukup puas terhadap pengembangan pengadaan fasilitas kampus. "Sampai saat ini mahasiswa bisa belajar dan pegawai bisa bekerja dan kami berani bersaing dengan kampus-kampus lain," ujar Nadim, selaku penanggung jawab fasilitas kampus.

Lain akademik lain pula mahasiswa. Beberapa mahasiswa mengaku bahwa mengenai pengembangan dan pengadaan fasilitas kampus dirasakan sangat lamban. Seperti halnya yang diutarakan oleh Ketua AWS FM Devy Ary Susanty. Ia mengaku bahwa perkembangan pengadaan fasilitas sangat kurang. "Komputernya saja kurang up to date bagi organisasi-organisasi kampus," ujar mahasiswi semester II jurusan jurnalistik ini.

Disinggung masalah fasilitas komputer kurang memadai yang dirasakan oleh sebagian besar mahasiswa, koordinator BAU Stikosa-AWS pun membantahnya. "Sampai saat ini belum ada mahasiswa yang komplen secara langsung pada kami," bantah M. Cholil.

Namun, akademik tak akan mengambil langkah diam dalam hal ini. Pengadaan komputer di beberapa tempat utama yang ada di kampus bakal diwujudkan. Misalnya saja diperpustakaan dan di pendopo kampus. "Semua itu untuk mempermudah mahasiswa di luar kegiatan belajarnya," ucap Cholil.

Mengenai pembenahan-pembenahan fisik maupun teknis pihak akademik kampus sudah mengkonsepnya sejak awal September 2006. Dan menurut Cholil rencananya akan direalisasikan setelah Ujian akhir Sekolah(UAS) 2007 nanti. (Andrian Saputri)

Nadim : Fasilitas Kampus Sudah Cukup Mumpuni

Seiring dengan perkembangan era globalisasi dan teknologi yang semakin canggih, seluruh perguruan tinggi yang berada di pelosok Surabaya sedang berlomba-lomba melakukan pembenahan fasilitas kampus. Begitupun juga yang dilakukan oleh Perguruan Tinggi Swasta (PTS) Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi-Almamater Wartawan Surabaya (Stikosa-AWS). Kampus yang dianggap oleh sebagian orang sebagai gudangnya calon-calon jurnalis ini, sedang 'getol-getolnya' melakukan pembenahan fasilitas fisik maupun non teknis.

Berikut hasil wawancara Acta Surya dengan Ketua Stikosa-AWS Nadim Zuhdi mengenai perkembangan pengadaan fasilitas kampus ini, Selasa(13/3) :

Sejauh mana anda mengetahui tentang perkembangan fasilitas kampus sebelum masa kepemimpinan anda?
Maaf, saya kurang paham mengenai perkembangan ataupun pengadaan fasilitas sebelum kepemimpinan saya.

Sampai saat ini pada kepemimpinan anda, dana untuk pengadaan fasilitas kampus diperoleh dari mana?
Dana yang diperoleh cukup banyak, diantaranya dari pembayaran uang kuliah mahasiswa dan pemasukan kecil dari dana bantuan skripsi. Tapi pengadaan fasilitas kemarin kita peroleh dari bantuan Ditjen Pendidikan Tinggi (DIKTI) dengan aturan main hibah bersaing dengan kampus-kampus lain.

Dari hibah bersaing, artinya dana intern kampus tidak digunakan sama sekali?
Dana intern kampus masih digunakan untuk pembenahan fasilitas yang tidak kelihatan. Seperti halnya perbaikan gedung kampus ataupun pengecetan ulang ruang kelas, dan apabila ada ruangan yang bocor atapnya.

Apakah yang diberikan oleh DIKTI pertama kali?
Dikti sendiri memberikan fasilitas non fisik berupa peralatan, sedangkan akademik memberikan fasilitas fisik berupa pembenahan-pembenahan gedung.

Saat ini, fasilitas kampus yang benar-benar kelihatan menurut anda apa?
Saya rasa peralatan-peralatan yang ada sekarang terbilang sudah cukup mumpuni di bidangnya.

Bisa anda sebutkan fasilitas apa yang terbilang cukup canggih itu?
Misalnya saja, di setiap ruangan kelas sudah ada OHP dan layar proyektor baru.

Lalu, jika anda lihat bagaimana dengan fasilitas kampus lainnya, apa menurut anda sudah sejajar dengan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) lain?
Saya berani bertaruh dengan kampus swasta lainnya, misalnya saja UBHARA, UPN,dan UBAYA. Tapi satu saya belum berani bersaing dengan UK PETRA.

Menurut sebagaian mahasiswa kebanyakan mereka merasa belum puas dengan pengadaan fasilitas kampus, seperti komputer. Bagaimana menurut anda selaku penaggung jawab fasilitas kampus mengenai hal tersebut?
Pemenuhan fasilitas komputer memang sedang akan diusahakan,rencanannya di pendopo dan perpustakaan kampus akan diberikan fasilitas komputer yang ditujukan untuk mahasiswa dan pegawai supaya ada kemudahan untuk mengakses informasi. Dulu, Website hanya ada pada saya, tapi sekarang dosen dan LPPM sudah punya juga. pokoknya mbak, saya akan memprioritaskan mahasiswa untuk belajar dan pegawai untuk bekerja.

Kapan semua hal tersebut akan terealisasikan ?
Awal kami mengkonsep bulan September 2006, dan mungkin akan selesai pada masa-masa setelah selesai Ujian Akhir Sekolah (UAS) nanti.

Mengenai pemberian fasilitas apakah ada pengecekan ulang dari Dikti ?
Ada, biasannya yang dicek adalah peralatan yang diberikan dan diterima apakah sesuai dengan data mereka.

Maksud anda sesuai dengan data yang mereka miliki, jadi apakah selama ini pernah terjadi kerancuan data?
Sampai saat ini tidak ada, karena sebelumnya kami sudah mempersiapkan terlebih dahulu.Tapi meskipun sudah disiapkan perasaan deg-degan tetap ada, takut kalau tidak cocok.

Apakah selama ini ada hambatan untuk pemenuhan fasilitas kampus ?
Ada saja hambatanya, tapi karena kami mengkonsep terlebih dahulu fasilitas apa saja yang ingin dicapai, maka hambatannya pun tidak terlalu besar.

Untuk selanjutnya,pemenuhan fasilitas apa yang ingin dicapai ?
Sebenarnya banyak mbak yang ingin di capai,tapi semua itu butuh proses yang lama tidak bisa secara instan.Dan ini menyangkut masalah keuangan, jadi kita harus bekerja secara pelan-pelan. - Andrian Saputri