Saturday, January 05, 2008

Banjir Datang, Harapan Melayang

Sukaya (70) sedang mengangin-anginkan cobek hasil garapannya di depan tempat dia tinggal....





Puluhan hektar sawah di Desa Gedangan Maduran Lamongan mengalami gagal panen akibat banjir luapan bengawan Solo...






Puluhan hektar tambak di Desa Gedangan Maduran Lamonganjuga gagal panen akibat banjir luapan bengawan Solo...



Air Bengawan Solo yang meluap tak hanya berdampak pada jatuhnya korban jiwa, rumah-rumah tenggelam, putusnya arus transportasi dan telekomunikasi saja. Akan tetapi, sebuah dampak lain yang tak kalah pentingnya, yakni sektor perekonomian.

Seperti banjir yang melanda Desa Gedangan Kecamaan Maduran Kabupaten Lamongan. Puluhan Hektar sawah dan tambak gagal panen akibat air bah yang menyerang desa tersebut pada 31 Desember 2007 lalu. 13 tahun silam banjir juga pernah melanda kecamatan Maduran, namun menurut salah seorang warga yang tak mau disebut namanya banjir kali ini lebih parah.

Selain itu, mata pencaharian utama penduduk desa yang berjumlah 485 kepala keluarga itu sebagai pengrajin cobek dan genthong juga terhambat. Betapa tidak, bahan baku tanah liat basah yang diproses hingga berbentuk cobek atau genthong harus didukung dengan proses pengeringan melalui panas matahari dan dilanjut dengan proses pembakaran.

Dengan adanya banjir otomatis proses produksi pengeringan dan pembakaranpun terhenti. Sehingga jalannya pemasaran pada pelanggan terlambat. Seperti yang dirasakan Sukaya (70) pengrajin cobek Desa Gedangan yang mengeluhkan terhambatnya proses produksi dari usaha yang digeluti bersama anaknya. "Biasanya barang-barang ini dikirim satu minggu sekali pada pedagang-pedagang di kota, adanya banjir jadi terhentilah proses pembuatan dan penyalurannya pada pelanggan," ucap nenek yang mengaku menekuni usaha tersebut sejak kecil.

Menurut keterangan warga setempat biasanya cobek maupun genthong dijual dan disalurkan pada pedagang-pedagang di Tuban, Surabaya, Madura, Malang hingga Ambon. Bahkan menurut anak Sukaya kebanyakan dari mereka pelanggan tetap warga di desa Gedangan yang membeli berdasarkan pesanan. "Melihat musibah yang tengah melanda desa kami, sepertinya pelanggan-pelanggan itu beralih pada tempat lain," tambahnya lirih.

Meski, dibilang musibah datangnya banjir membuat harapan warga jadi melayang. Ribuan rupiah ada di depan mata berkat usaha manusia, tetapi apalah daya bukan manusia yang berkehendak. (Naskah/Foto: M. Ridlo'i)

No comments: