Saturday, June 09, 2007

Kepentingan Kekuasaan Tunggangi Pergerakan Mahasiswa

Melihat perkembangan kancah perpolitikan bangsa saat ini, mulai dapat dikatakan seperti kembali ke zaman anomali (tidak adanya rasa saling percaya) sesama elemen bangsa. Mantan Ketua Partai Rakyat Demokrat (PRD) Jawa Timur, M. Sholeh mengatakan semuanya tak lepas dari peran serta mahasiswa dan elemen masyarakat kita.

Namun, ia sangat menyayangkan apabila saat ini mahasiswa kian turun kekritisannya dalam menyikapi persoalan-persoalan politik bangsa ini. ”Mahasiswa sebagai agent of change ternyata tidak mampu berdiri sendiri dan mereka sangat tergantung pada kehadiran seorang pemimpin,” ujarnya.

Hal ini tentu sangat berbeda tatkla di tahun 1996 atau era reformsi (1998). Saat itu pergerakan politik mampu membawa suatu perubahan bagi pergerakan poltik yang di bawa oleh mahasiswa. Dengan tidak lepas dari bantuan masyarakat, hingga terwujudlah suatu proses reformasi.

Munculnya polemik mencari isu bersama patut ada bagi perubahan politik sekarang. “Lebih gamblangnya saat ngomong era suharto, kala itu dari segala aspek baik ekonomi, poltik, hukum serta lainnya masih yang terbelenggu oleh seorang penguasa,” imbuhnya.

Begitu pula untuk sekarang yang tidak jauh beda dengan dulu. Berbagai elemen tidak dapat berdiri sendiri karena di balik ada sebuah kepentingan partai politik, yang ujung-ujungnya adalah kekuasaan. Padahal pergerakan politik dapat berjalan dengan menggalang kekuatan, yang berujung pada kebersatuan dan kesadaran diri untuk merubah bangsa menjadi lebih baik.
Disinggung mengenai solusi bagi pergerakan poliltik bangsa nanti. Pria kelahiran 2 Oktober 1976 ini mengatakan intinya dimulai dari perubahan dan perlakuan dari diri kita sendiri. ”Dan ini sangat tepat seorang pemimpin,” tambahnya.

Contohnya kita atau pemimpin ikut terjun langsung merasakan kesengsaran rakyat. Apabila dalam kasus luberan lumpur Lapindo, semestinya kita atau pemimpin ikut serta terjun merasakan penderitaan mereka. (M. Ridlo'i/Hendri D. Wahyudi)

No comments: