Saturday, June 09, 2007

KOMBINASI KEKUASAAN SOEKARNO DAN SOEHARTO

Pergerakan perjuangan politik Indonesia hingga sekarang, tak berujung pada perubahan yang berarti bagi kehidupan bangsa. Namun perpaduan strategi, taktik dan sikap mental pemimpin yang tegas sangat diperlukan sebagai obat penyembuh bangsa.

Menilik dari sejarah perkembangan perjuangan bangsa, masyarakat Indonesia masih di bawah ambang ketidaksadaran dalam berpolitik. Hal ini yang menjadi kendala perjuangan rakyat, yang inginkan kehidupan bangsa yang layak (aman tentram dan damai) belum juga terwujud.

Jika kita melihat negara sahabat kita Malaysia, dulu sosok negara ini pun senasib dan sepenangulangan dengan Indonesia. Bahkan dapat dikatakan lebih terpuruk dibanding negeri merah putih ini. Namun dengan semangat maju dan bersatunya ideologi partai yang mendukung pemerintahan, alhasil negeri tersebut menyandang title negara yang berkembang bahkan maju.

Kata orang bijak ’belajarlah dari kesalahan’. Menurut dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Unair I Basis Susilo menjentrehkan bahwa sebenarnya proses perjuangan kita sudah benar (mulai dari aspirasi masyarakat menuju ke parpol/organisasi lain lalu ke pemerintah).

Namun kelemahan aspirasi kita terhalang di tempat partai politik (parpol) yang kini telah berubah menjadi perusahaan yang memproduksi kepentingan golongan semata. yang seharusnya parpol menjadi jembatan aspirasi rakyat yang mengalir menuju istana merdeka.
Apalagi ditambah dengan pola pemimpin yang kurang tegas menambah penelantaran persoalan bangsa menjadi kececeran.

”Sebenarnya kalau saya boleh ngomong, saya lebih setuju dengan pola kepemimpin bangsa yang mengkombinasikan dua pola kepemimpinan, Soekarno dan Soeharto. Di mana keberanian dan ketegasan yang di miliki Soekarno dan tidak frontalnya pola kepemimpinan seperti Soeharto,” ujarnya.

Penggambarannya di mana pemimpin harus membangaun strategi dan taktik, tidak terlalu grusah-grusuh dan main atem saja, melainkan melihat dahulu cela untuk maju dan membangun strategi untuk mendapat bantuan dari dalam atau luar negeri.

Sekali lagi semua itu tidak lepas dari emansipasi semua elemen yang ada, masyarakat harus mampu mengkritik dan memberikan solusi. Jika diharuskan berjuang semua elemen harus berjuang sesuai dengan porsinya. ”Jika anda seorang mahasiswa, ya berjuanglah sesuai dengan kedudukan anda,” imbuh Dosen Hubungan Internasional Stikosa-AWS.

-
M. Ridlo'i/Hendri D. Wahyudi

No comments: