Friday, December 21, 2007

Estetika Gereja Graha Bethany


PROSES PEMBANGUNAN GEREJA GRAHA BETHANY DI NGINDEN SBY.jpg (FOTO: FROM BETHANY)

PEMBUKAAN PEMBANGUNAN TAHUN 1987 OLEH WALIKOTA SBY PURNOMO KASIDI.jpg (FOTO: FROM BETHANY)


Dari luar gedung gereja terlihat di mata kita perpaduan nilai-nilai kemewahan dan keindahan bangunannya.

Selain menyuguhkan kemewahan, Gereja yang terletak di Nginden Intan Timur Surabaya juga mencerminkan unsur keagungan. Sebuah keagungan yang hanya dipersembahkan kepada Tuhan Yesus.

“Ya, di sini setiap jemaat senantiasa dihadapkan pada keagungan Tuhan dan ini semua kami persembahkan pada-Nya,” papar pendiri Gereja Graha Bethany Abraham Alex Tanuseputra seperti pada buku yang ditulisnya sendiri.

Gereja ini dibangun tahun 1987 dan sudah mengalami beberapa kali renovasi. Namun, dari rentetan renovasi itu, bentuk asli bangunan pertama gereja masih tetap terjaga. Hal tersebut dapat dilihat dari kubah cungkup yang berada di atas gedung. Dan cungkup tersebut yang menandakan keberadaan gereja terlihat dari kejauhan, sekitar jarak 3 kilometer dari jalan raya.

Aswin Tanuseputra, yang juga putra dari Abraham Alex Tanuseputra yang sengaja menjadi salah satu panitia pelaksanaan pembangunan Gereja Graha Bethany. Mulai awal pemilihan konstruksi materiil, dia sengaja memilih bahan yang berkwalitas nomor satu. Sehingga tujuan daripada pembangunan jelas adalah hanya memberi yang terbaik bagi Tuhan.

Alhasil, kini Gereja Graha Bethany Surabaya yang mulanya memperoleh 7 jemaat bertambah pesat menjadi 70 ribu jemaat. Pembangunannya pun telah selesai pada tahap berkapasitas 20 ribu jiwa untuk satu kali kebaktian.

Melayani Tuhan
Beridirinya Gereja Graha Bethany boleh dibilang sebagai wujud kesetiaan umat kristiani yang setia dalam melayani dan mengagungkan Tuhan Yesus.

Berangkat dari hal tersebutlah dan terlebih dengan adanya pengalaman pribadi Abraham Alex Tanuseputra tentang cerita kakeknya. Bahwa pada suatu hari Sang Kakek mengumpulkan anak-anaknya, dan mereka menyangka di hari itulah akan mendapatkan sejumlah uang sebagai hasil dari berbagai usaha perumahan.

Ternyata bukan, apa yang dikatakan Sang Kakek kala itu sesuatu yang bertolak belakang dengan dugaan mereka. ”Hasil usaha perumahan NV indra Giri ini akan dipersembahkan untuk gereja,” papar Abraham menirukan kata kakeknya.

Pada tahun 1949 Kakek Abraham yang bernama Tan Tong Oen bersama pendeta Ishak Lew dari hasil penjualan pabrik tinta miliknya, membangun gereja di Sawahan Surabaya, yaitu GPPS. Sayangnya, pada tahun 1955 sebelum bangunan gereja itu jadi Sang Kakek meninggal dunia.

Suatu niatan tulus yang harus diwujudkan demi pelayanan sang umat kepada Tuhan. Dari awal kisah itulah, Abraham dibantu beberapa kerabat berniat membangun Gereja Bethany di beberapa wilayah, termasuk di Kota Surabaya (kini berdiri Gereja Graha Bethany Nginden Surabaya).

Buah keseriusan dalam menanggapi kasih Tuhan itulah yang membuat Gereja Graha Bethany kini berdiri kokoh. Bahkan didalam gereja tersebut sekarang telah dipenuhi berbagai fasilitas penunjang bagi para jemaat. Seperti halnya hotel, perkantoran media Bethany, restauran dan masih banyak fasilitas lainnya yang bikin kita serasa nyaman untuk datang dan beribadah di sana. (M. Ridlo’i)

No comments: