Sunday, February 04, 2007

REYOG : KISAH CINTA YANG TAK SAMPAI

Alunan nada-nada pelog dari kempul, ketipung, gong, kenong, angklung dan selompret (terompet tradisional) bertalu-talu. Irama tersebut terdengar mengiringi goyangan tarian Reyog khas Ponorogo.

Diawali tampilan penari jatilan dengan kuda tunggangannya. Warok tua dan warok muda pun masuk mengiringi para penari jatilan. Warok muda mengenakan baju dan celana serba hitam berkolor besar, ikat pinggang besar, keris dan ikat kepala hitam (gadung mondholan). Dagunya dipasangi jambang lebat, sedangkan dadanya digambari rambut. Warok tua tampil lebih kalem tanpa banyak riasan serta ikat kepala berwarna cokelat (modang).

Kemudian, disusul dengan masuknya Patih Bujang Ganong (muka merah dengan rambut acak-acakan di depan wajahnya) dan binatang Reyog Singo Barong dan Dhadhak Merak, yang dilanjut dengan masuknya Raja Kelana Sewandhana. Pertunjukkan terasa seru dan nuansa mistik mengiringi, serasa tak menggoyahkan nikmatnya penonton menyaksikan pertunjukkan tari Reyog.

Dalam lakon Reyog tersebut, menceritakan kisah cinta yang tidak kesampaian. Konon, penguasa kerajaan Bantarangin Prabu Kelana Swandana mengutus para pasukannya pimpinan Patih Bujang Ganong untuk melamar putri kerajaan Jenggala di Kediri, Sanga Langit.

Di tengah perjalanan rombongan disergap singa berbadan besar (Singa Barong). Kalah bertarung Bujang Ganong kembali. Prabu Klana Swandana akhirnya turun dan berhasil menaklukkan Singa Barong yang berubah menjadi Dadak Merak.

Sang putri mau disunting asalkan Prabu Kelana berkenan menciptakan seni pertunjukkan baru dengan melibatkan pasukan berkuda (Jathilan), meskipun pernikahan tidak jadi. Pasukan Prabu Klana membuat tarian arak-arakan perang diiringi tingkah sorak-sorai dan inilah yang dinamakan tari Reyog khas Ponorogo.

Sebelumnya, sebagian orang tak begitu paham jika dibalik nuansa mistik tampilan tari Reyog telah mengusung cerita asmara. “Selama ini pikiran saya dari tampilan Reyog itu menceritakan kisah misteri. Namun, ternyata Reyog itu ibarat drama percintaan,” celetuk Nani (31), yang kebetulan malam itu menyaksikan Festival Reyog Nasional XIII di Ponorogo, (19/1).

- naskah dan foto : M. Ridlo’i

No comments: