Di tengah pengapnya polusi Kota Surabaya, masih saja dijumpai sebuah oase yang menyejukkan. Semarak warna-warni membuat negeri hijau ini semakin terlihat kontras.
Awalnya hanyalah sebuah lahan kosong. Kemudian tiga puluh tahunan silam dimanfaatkan pedagang tanaman untuk berjualan, dan hingga kini jadilah Pasar Bunga Bratang.
Tiada lagi lahan kosong. Di lahan seluas lebih kurang 2400 meter persegi ini terdapat dua ratusan penjual segala jenis tanaman. Pasar Bunga Bratang berada di bawah naungan Pasar Daerah Surya, bersatu dengan Pasar Inpres dan Pasar Burung Bratang.
Pasar bunga ini dikotak-kotakkan menjadi beberapa stan kecil berukuran 3 x 4 meter persegi. Setiap pedagang diperbolehkan memiliki lebih dari satu buah stan. Atas dasar inisiatif para pedagang maka didirikanlah Paguyuban Pedagang Pasar Bunga Bratang. Namun, sebagai kewajiban bagi pedagang dikenakan pembayaran biaya retribusi setiap harinya sebesar Rp. 4100 untuk setiap stan.
Organisasi ini pada awalnya didirikan hanya sebagai sebuah sinom. Tetapi kini telah memiliki akta notaris, sehingga statusnya boleh dibilang resmi. Organisasi ini didirikan dengan tujuan sosial. Yaitu untuk mengayomi, membina dan memajukan Pasar Bunga Bratang.
Seperti pada saat beberapa tahun yang lalu tatkala muncul isu bahwa tempat ini akan digusur untuk kepentingan bisnis, maka paguyuban inilah yang mencoba meluruskan masalah ini. Selain organisasi ini, ada pula Pakarya, yakni sebuah paguyuban yang didirikan untuk mengorganisir pekerja. Pada dasarnya, kedua paguyuban ini adalah perwakilan dari pedagang yang ada di Pasar tersebut.
Jenis TanamanDi Pasar Bunga Bratang ini terdapat berbagai jenis tanaman yang ditawarkan. Mulai dari tanaman buah-buahan hingga tanaman hias. Juga tersedia pohon jeruk, jambu biji, bunga lavender, palem, teratai, dan lainnya. Harganya pun bervariasi. Mulai dari Rp 2 ribu hingga lebih dari Rp 100 juta. Harga tanaman ini bergantung dari ukuran tanaman, teknik perawatan, kondisi tanaman, tren tanaman yang sedang menanjak.
Seperti misalnya pohon palem merah yang berharga cukup mahal karena perawatannya yang cukup sulit, dan butuh ketelatenan. Saat ini tanaman yang sedang menanjak, yakni tanaman gelombang cinta. Tanaman sejenis antorium ini ditawarkan mulai dari harga Rp 7 juta hingga Rp 40 juta.
Kurang Perhatian Pemeberian fasilitas yang begitu memadai bagi pedagang bunga di pasar tersebut, tidak sebanding dengan perhatian yang diberikan pihak pengelolah. Dalam hal ini adalah Pasar Daerah Surya.
Banyak pedagang yang mengeluhkan system keamanan yang kurang menjamin. Sehingga banyak pedagang yang memilih untuk menginap di stan masing-masing. Seperti yang pernah dialami Dwi Ismiantoro. Lulusan UPN Jurusan Adminitrasi Niaga tahun 1998 ini, pernah kehilangan tanaman sejenis aglonema yang harganya boleh dibilang cukup mahal.
Bapak satu anak ini juga tidak suka dengan sikap Pasar Daerah Surya yang kerapkali diangapnya kurang sewajarnya mengenai penaikan tarif retribusi setiap tahunnya. ”Karena masih ada pedagang tanaman yang usahanya terbilang kecil, dan ini patut lebih diperhatikan bagi pihak pengelolah,” harapnya. (Silvyanti Nor Indah Sari)
1 comment:
kita memang sepatutnya bersyukur terutama dengan kehadiran pasar bunga bratang yang secara tidak langsung membantu program pemerintah dalam kampanye Green world dalam pengurangan global Warming, terlebih letaknya di tengah kota surabaya yang terkesan semrawut, kotor, sumpek karena polusi asap
Post a Comment