Suasana jembatan MERR II di saat malam hari tiba. Tak hanya ramai dipengunjungnya saja, tetapi juga lampu-lampu kotanya...
Terangnya lampu malam di sepanjang jembatan MERR II (Medokan Ring Road II), seakan jadi penambah semangat bisnis pedagang yang ada di sana.
Jajaran puluhan kendaraan roda dua tertata rapi di pinggir jalan jembatan penghubung Kedung baruk dengan jalan Medokan semampir. Belum lagi hembusan angin malam kian menambah akrab suasana malam itu.
Terlihat tiap PKL (Pedagang Kaki Lima) sibuk menyiapkan pesanan pengunjung yang rata-rata pemuda. Terlihat hampir tidak ada stan mini cafe yang kosong, seluruhnya didatangi pengunjung.
Aktifitas berjualan dimulai sejak diresmikannya jembatan MER II pada tahun 2004 lalu. Pada mulanya hanya ada satu pedagang yang berjualan. Namun, melihat begitu menjanjikan berjualan di atas jembatan tersebut. Tak pelak dari mulut ke mulut salah satu pedagang mengajak pedagang lain untuk berjualan di tempat itu.
Hingga saat ini PKL yang berdagang di jembatan itu berjumlah 22 orang. Warung dibuka mulai pukul 7 malam hingga pukul 2 malam. Akan tetapi, pengunjung tampak semakin ramai berdatangan menginjak pukul 11 malam. Suasana akan lebih ramai lagi saat malam minggu tiba. Pengunjung yang datang 85 persen muda-mudi berpasangan.
Pada umumnya PKL berjualan berbagai macam minuman dan makanan, mulai dari yang berat hingga ringan. Untuk minuman seperti kopi panas, teh panas ataupun berbagai macam minuman dingin. Sedangkan makanan yang dijual nasi goreng, pecel, bakmi, tahu lontong dan mie pangsitpun tersedia.
Sukeri (59) misalnya, warga Semampir Utama Surabaya merupakan salah satu PKL jembatan MER II yang berjualan sejak tahun 2004 silam. Bapak dua orang anak ini mengaku omset yang didapatnya sebesar Rp 200-250 ribu permalam. Berbeda pada saat malam minggu, omsetnya meningkat hingga 300 ribu-an.
Sebagian besar pedagang memang mengakui besarnya omset berdagang di tempat itu. Namun, mereka juga mengeluhkan apabila saat musim hujan tiba. Pendapatan jadi menurun drastis, dan sering kali terpaksa tidak berdagang karena faktor cuaca yang tidak memungkinkan untuk dibuat duduk sambil lesehan.
Temaram cahaya lampu malam ditambah ragam sajian yang tersedia dalam setiap malam. Membuat setiap orang yang sejenak singgah jadi terpatri. Seperti yang diungkapkan salah seorang pengunjung Dhimas Ismail (19) yang malam itu datang bersama pasangannya. “Selain harganya murah suasana juga cocok untuk menghabiskan bersama teman-teman dan pasangan,” ungkapnya.
Pendapat lain disampaikan Ghany Priandana (19). Ia mengaku pertama kali datang di tempat ini. Pemuda berkaca mata ini baru mengetahui tempat nongkrong di jembatan MER II setelah diajak teman-temannya. Walaupun demikian, ia dapat menilai tempat ini dengan satu kata, “ Keren ”.
Paguyuban PKL MERR II
PKL yang berjumlah 22 orang yang mangkal di sepanjang jembatan tergabung dalam paguyuban PKL jembatan MER II. Paguyuban ini terbentuk pada tahun 2005 lalu.
Wakil Ketua Paguyuban tersebutm, Rianto mengatakan bahwa anggota paguyuban PKL MER II berjumlah sebanyak 22 orang, dan jumlah ini tidak akan mungkin bertambah. Secara otomatis pedagang di jembatan MER II tidak akan bertambah pula.
Hal ini disebabkan faktor tempat yang tidak memadai. Jika ada PKL liar yang berjualan di trotoar jembatan, maka akan ada penggusuran paksa dari paguyuban MERR II. Tiap anggota paguyuban yang berdagang dikenakan biaya keamanan Rp 2500 tiap berjualan. Uang ini dikelola oleh paguyuban PKL, untuk keperluan membayar Satpol PP yang bertugas di jembatan MER II.
Rianto, juga menjelaskan bahwa setiap satu minggu sekali diadakan pertemuan anatara anggota paguyuban, Satpol PP, dan aparat keamanan. Penjual pangsit mie ini menambahkan uang keamanan yang terkumpul juga digunakan untuk menjamu mereka yang datang pada pertemuan tersebut. (Naskah:Lailatul Sakinah / Foto: Wahyu Triatmojo)
No comments:
Post a Comment