Perilaku masyarakat Jawa Timur yang percaya untuk meneruskan tradisi leluhurnya masih begitu melekat. Grebeg Suro sebagai buktinya, kebanyakan mereka tak melewatkannya demi berharap berkah leluhur.
Tahun 2008 ini, hampir di setiap kota di Jawa Timur yang masih kental nuansa budaya Jawa merayakan peringatan 1 Suro. Seperti di Mojokerto, Nganjuk, Kediri, Malang, Tulungangung, Ponorogo dan lain sebagainya.
Di Mojokerto, rangkaian acara Grebeg 1 Suro Mojopahit tahun 1941 Saka diselenggarakan pada 9-10 Januari 2008. Berhubung diselenggarakan di sentra Majapahit, tak pelak acara tersebut diwarnai kemasan ala kerajaan Majapahitan. Baik pilihan tempat, kostum, asesoris, prosesi ritual, dan lain-lain.
Acara peringatan tahun baru kalender jawa dipusatkan di Pendapa Agung Trowulan Mojokerto yang berada di dekat kompleks makam Raden Wijaya (pendiri Mojopahit, red). Sepertinya, pilihan ini dilakukan karena pendapa tersebut diyakini dibangun tepat di atas lokasi yang merupakan pusat situs purbakala Majapahit.
Dengan kata lain, tempat ini setidaknya pernah jadi tempat berkumpulnya para leluhur pada zaman Kerajaan Majapahit. Pendapa Agung sendiri dibangun oleh Komando Daerah Militer (Kodam) VII Brawijaya.
Di samping itu, keberadaan pendapa yang memiliki halaman sangat luas boleh dibilang cukup masuk akal untuk menampung ratusan pengunjung yang hadir. Sejak pagi, kawasan ini terus dipadati warga yang datang dari berbagai kota.
Semarak perayaan yang mengangkat tema Ruwat Bebrayan Agung Nuswantara itu mulai terlihat begitu memasuki desa Trowulan. Beragam warna-warni umbul-umbul dan spanduk dari pihak sponsor telah terpasang. Tak mau ketinggalan pula, berbagai spanduk ucapan selamat dan sukses perayaan Grebeg Suro Majaphit juga dimanfaatkan oleh beberapa calon gubernur sebagai ajang kampanye.
Membuka acara, pada 9 Januari malam di Pendapa Agung diadakan pembacaan Gelar Macapat Paguyuban Among Tani Majapahit. Kemudian dilanjut dengan pagelaran wayang kulit hingga menjelang subuh.
Ketua Umum Panitia KP Soeharto Soerjo Widjojo menjelaskan peringatan tahun baru Suro merupakan momentum budaya jawa, di tengah keberagaman kebudayaan di negara ini. Sehingga karena itu sebagai warga jawa sepatutnya kita melestarikan dan menjaga budaya kita. "Sebagai orang jawa, kita perlu menjunjung budaya yang diwariskan oleh leluhur kita," katanya dalam pemberian sambutan sebelum Gelar Macapat.
Keesokan harinya, mulai pagi hingga malam desa Trowulan menjadi lautan masa. Dimulai dengan acara hikmat ziarah keluarga kerajaan Majapahit ke Taman Makam Pahlawan Mojokerto, Siti Hinggil, dan dipungkasi di Candi Kedaton atau Sumur Upas. Prosesi yang dipimpin oleh Soeharto terasa begitu sakral tatkala di Sumur Upas. Betapa tidak, disitulah untaian berkah pada leluhur dipanjatkan. Bahkan ratusan orang rela berduyun-duyun guna mendapatkan bunga dari keluarga kerajaan. Konon, mereka mempercayai bahwa bunga dan do'a yang diberikan keluarga kerajaan sangatlah mengandung berkah.
Beranjak siang meskipun terik matahari begitu menyengat, ratusan masyarakat begitu antusias berkumpul di pelataran Pendapa Agung guna menyaksikan pertunjukan seni rakyat. Seperti pertunjukan seni bantengan, reyog Ponorogo, dan bahkan ada reyog asli Bangsal Mojokerto.
Setelah kesenian rakyat usai, sore harinya masyarakat berjubel di sepanjang jalan dari Museum Penyelamatan Arca Trowulan hingga di Pendapa Agung. Mereka ingin melihat prosesi kirab sesaji yang diiring-iringi pawai budaya dengan jarak tempuh sekitar 3 kilometer.
Anehnya, sesampai di depan gapura Pendapa Agung sesaji tak langsung diperebutkan. Dan ternyata sesaji yang juga berupa tumpeng itu diperebutkan di puncak acara pada malam harinya. Resepsi Grebeg 1 Suro Majapahit namanya. "Ini merupakan acara puncak dari rangkaian Grebeg 1 Suro Majapahit dan karena dinamakan resepsi karena kebetulan acara ini dibuat resmi," ujar pembawa acara malam itu.
Setelah sambutan-sambutan, diadakan acara Ujub Sesaji Grebeg 1 Suro Majapahit 1941 Saka. Yaitu sebuah panjatan do'a bersama yang kemudian dipungkasi dengan Kembul Bujana Andrawina (rebutan sesaji dan makan bersama, red). Pembacaan Ujub Sesaji belum usai masyarakat sudah tak sabar lagi untuk memperebutkan sesaji yang ada di hadapan tamu undangan. Tak pelak acara yang semestinya berlangsung khidmat menjadi gaduh karena masyarakat yang berebut sesaji.
Tepat memasuki pukul 10 malam pesta rakyat dilanjutkan dengan pagelaran wayang kulit semalam suntuk dengan lakon Wahyu Makutharama dibawakan dalang Ki Surono Gondo Taruna dan sinden Elizabeth. Pagelaran wayang ini sekaligus sebagai penutup seluruh rangkaian Grebeg Suro Majapahitan, untaian berkah pada leluhur dan pesta rakyat pun telah terpanjatkan. (Naskah/Foto: M. Ridlo'i)
Kerukunan Kepercayaan. Umat Tionghoa juga ikut memeriahkan pawai budaya Grebeg 1 Suro Majapahit di Trowulan Mojokerto....
Reyog Bermotor. Reyog Ponorogo ini tampil dengan naik motor saat pertunjukan seni rakyat di pelataran Pendapa Agung Trowulan Mojokerto...
Singo Brawijaya. Penampilan reyog asal Bangsal Mojokerto cukup atraktif dengan memainkan ikon mereka, yakni Singo Brawijoyo...
Tahun 2008 ini, hampir di setiap kota di Jawa Timur yang masih kental nuansa budaya Jawa merayakan peringatan 1 Suro. Seperti di Mojokerto, Nganjuk, Kediri, Malang, Tulungangung, Ponorogo dan lain sebagainya.
Di Mojokerto, rangkaian acara Grebeg 1 Suro Mojopahit tahun 1941 Saka diselenggarakan pada 9-10 Januari 2008. Berhubung diselenggarakan di sentra Majapahit, tak pelak acara tersebut diwarnai kemasan ala kerajaan Majapahitan. Baik pilihan tempat, kostum, asesoris, prosesi ritual, dan lain-lain.
Acara peringatan tahun baru kalender jawa dipusatkan di Pendapa Agung Trowulan Mojokerto yang berada di dekat kompleks makam Raden Wijaya (pendiri Mojopahit, red). Sepertinya, pilihan ini dilakukan karena pendapa tersebut diyakini dibangun tepat di atas lokasi yang merupakan pusat situs purbakala Majapahit.
Dengan kata lain, tempat ini setidaknya pernah jadi tempat berkumpulnya para leluhur pada zaman Kerajaan Majapahit. Pendapa Agung sendiri dibangun oleh Komando Daerah Militer (Kodam) VII Brawijaya.
Di samping itu, keberadaan pendapa yang memiliki halaman sangat luas boleh dibilang cukup masuk akal untuk menampung ratusan pengunjung yang hadir. Sejak pagi, kawasan ini terus dipadati warga yang datang dari berbagai kota.
Semarak perayaan yang mengangkat tema Ruwat Bebrayan Agung Nuswantara itu mulai terlihat begitu memasuki desa Trowulan. Beragam warna-warni umbul-umbul dan spanduk dari pihak sponsor telah terpasang. Tak mau ketinggalan pula, berbagai spanduk ucapan selamat dan sukses perayaan Grebeg Suro Majaphit juga dimanfaatkan oleh beberapa calon gubernur sebagai ajang kampanye.
Membuka acara, pada 9 Januari malam di Pendapa Agung diadakan pembacaan Gelar Macapat Paguyuban Among Tani Majapahit. Kemudian dilanjut dengan pagelaran wayang kulit hingga menjelang subuh.
Ketua Umum Panitia KP Soeharto Soerjo Widjojo menjelaskan peringatan tahun baru Suro merupakan momentum budaya jawa, di tengah keberagaman kebudayaan di negara ini. Sehingga karena itu sebagai warga jawa sepatutnya kita melestarikan dan menjaga budaya kita. "Sebagai orang jawa, kita perlu menjunjung budaya yang diwariskan oleh leluhur kita," katanya dalam pemberian sambutan sebelum Gelar Macapat.
Keesokan harinya, mulai pagi hingga malam desa Trowulan menjadi lautan masa. Dimulai dengan acara hikmat ziarah keluarga kerajaan Majapahit ke Taman Makam Pahlawan Mojokerto, Siti Hinggil, dan dipungkasi di Candi Kedaton atau Sumur Upas. Prosesi yang dipimpin oleh Soeharto terasa begitu sakral tatkala di Sumur Upas. Betapa tidak, disitulah untaian berkah pada leluhur dipanjatkan. Bahkan ratusan orang rela berduyun-duyun guna mendapatkan bunga dari keluarga kerajaan. Konon, mereka mempercayai bahwa bunga dan do'a yang diberikan keluarga kerajaan sangatlah mengandung berkah.
Beranjak siang meskipun terik matahari begitu menyengat, ratusan masyarakat begitu antusias berkumpul di pelataran Pendapa Agung guna menyaksikan pertunjukan seni rakyat. Seperti pertunjukan seni bantengan, reyog Ponorogo, dan bahkan ada reyog asli Bangsal Mojokerto.
Setelah kesenian rakyat usai, sore harinya masyarakat berjubel di sepanjang jalan dari Museum Penyelamatan Arca Trowulan hingga di Pendapa Agung. Mereka ingin melihat prosesi kirab sesaji yang diiring-iringi pawai budaya dengan jarak tempuh sekitar 3 kilometer.
Anehnya, sesampai di depan gapura Pendapa Agung sesaji tak langsung diperebutkan. Dan ternyata sesaji yang juga berupa tumpeng itu diperebutkan di puncak acara pada malam harinya. Resepsi Grebeg 1 Suro Majapahit namanya. "Ini merupakan acara puncak dari rangkaian Grebeg 1 Suro Majapahit dan karena dinamakan resepsi karena kebetulan acara ini dibuat resmi," ujar pembawa acara malam itu.
Setelah sambutan-sambutan, diadakan acara Ujub Sesaji Grebeg 1 Suro Majapahit 1941 Saka. Yaitu sebuah panjatan do'a bersama yang kemudian dipungkasi dengan Kembul Bujana Andrawina (rebutan sesaji dan makan bersama, red). Pembacaan Ujub Sesaji belum usai masyarakat sudah tak sabar lagi untuk memperebutkan sesaji yang ada di hadapan tamu undangan. Tak pelak acara yang semestinya berlangsung khidmat menjadi gaduh karena masyarakat yang berebut sesaji.
Tepat memasuki pukul 10 malam pesta rakyat dilanjutkan dengan pagelaran wayang kulit semalam suntuk dengan lakon Wahyu Makutharama dibawakan dalang Ki Surono Gondo Taruna dan sinden Elizabeth. Pagelaran wayang ini sekaligus sebagai penutup seluruh rangkaian Grebeg Suro Majapahitan, untaian berkah pada leluhur dan pesta rakyat pun telah terpanjatkan. (Naskah/Foto: M. Ridlo'i)
Kerukunan Kepercayaan. Umat Tionghoa juga ikut memeriahkan pawai budaya Grebeg 1 Suro Majapahit di Trowulan Mojokerto....
Reyog Bermotor. Reyog Ponorogo ini tampil dengan naik motor saat pertunjukan seni rakyat di pelataran Pendapa Agung Trowulan Mojokerto...
Singo Brawijaya. Penampilan reyog asal Bangsal Mojokerto cukup atraktif dengan memainkan ikon mereka, yakni Singo Brawijoyo...
No comments:
Post a Comment