Di sela-sela kesibukannya, Edwin, mahasiswa semester 1 Stikosa AWS, menuturkan sepenggal pengalaman hidupnya. Terutama tentang pengalamannya dapat bangkit dari sebuah kegagalan.
Tahun 2005 merupakan tahun yang mengecewakan bagi mahasiswa yang memiliki nama lengkap Edwin Satryo Rizkiawan ini. Bagaimana tidak, ia dinyatakan tidak lulus dalam Ujian Akhir Nasional (UAN). Padahal nilai Bahasa Inggrisnya hanya kurang 0,1 saja.
Hasil inilah membuatnya memeras otak mengenai apa yang dilakukan selanjutnya. Ia pun mengikuti ujian paket c dan masuk jurusan komunikasi di Universitas Pembangunan Negara (UPN).
Selain itu, untuk meluapkan rasa kekecewaannya, ia mencoba menulis sebuah opini publik dan mengirimkannya ke sebuah media massa yang ada di Surabaya. Ia merasa sangat kecewa dengan sistem pendidikan yang berlaku di Indonesia. Tak disangka, hasil karyanya yang berhasil dimuat ini, berangkat dari sebuah tulisan inilah menimbulkan awal ketertarikannya pada bidang jurnalistik.
Bahkan sesuai pandangannya pendidikan di Indonesia jangan dijadikan kelinci percobaan. “Kalau sistem pendidikan Indonesia jangan ikut-ikutan standar luar negeri yang banyak pro dan kontranya,” kritik Edwin yang lahir di Surabaya 6 Juni 1987 lalu.
Perjalanan Karir
Karirnya dimulai ketika ia menjadi seorang DJ (Disc Jokey, red) di Hotel JW Marriott, Surabaya. Saat itu ada orang yang menawarkannya untuk bekerja di RRI Pro 2 FM, dengan syarat ia harus memiliki sertifikat broadcasting.
Rasa ketertarikan mulai timbul. Kemudian dirinya mengikuti kursus broadcasting di Entertainment Training Centre (ETC) selama tiga bulan. Setelah itu, dewi fortuna berada dipundaknya dan ia pun berhasil diangkat menjadi seorang penyiar di RRI Pro 2. Ketika itu ia mengasuh program life style. Ia pun menikmati pekerjaan barunya ini.
Menurutnya kerja di sini enak, karena segmentasinya untuk semua kalangan. “Tetapi di stasiun radio tersebut saya hanya bertahan selama enam bulan, dan akhirnya pindah ke radio Prambors,” ucap laki-laki yang hobi renang ini.
Alasannya berpindah-pindah pekerjaan, karena ingin menambah pengalaman. Dan ini bukan hanya sekedar isapan jempol belaka. Mahasiswa berambut ikal ini benar-benar membuktikan ucapannya. Terbukti dengan kemampuannya di bidang broadcasting yang membawanya pada tahun 2006 melamar ke SBO TV. Dan hasilnya ia diterima sebagai wartawan lapangan. Inilah awal karirnya sebagai seorang jurnalis.Enam bulan bekerja di SBO TV ia pun pindah menjadi wartawan di ANTV.
Berbagai Kesibukan
Siang jadi anjing pelacak, malam jadi kelelawar. Itulah ungkapan Edwin tentang profesi yang digelutinya sekarang. Bagaimana tidak, di siang hari ia menjadi seorang wartawan yang memburu berita, lalu di malam hari ia menjadi seorang DJ.
Tapi hal ini tak membuatnya lantas melupakan bangku kuliah. Ia selalu mencoba menyempatkan waktu untuk belajar di pagi hari. “Biasanya dibangunkan kucingku”, imbuh mahasiswa yang pernah menjadi Best Danton se-Jatim ini sembari tertawa.
Baginya, kuliah dan pekerjaan itu sama-sama penting. Karena jadwal kerjanya, Pada Tahun 2007 ia memutuskan untuk untuk keluar dari UPN, kemudian pindah ke Stikosa-AWS. Alasannya pindah karena jadwal kuliah di UPN sangat padat, dan ia kewalahan mengatur waktunya dengan pekerjaan.
Sedangkan di Stikosa-AWS, menurutnya jadwal kuliahnya tidak terlalu padat. Setiap selesai kuliah, penyuka warna biru ini langsung beralih ke kantornya, kemudian liputan. Malam harinya ia pun menjadi DJ. Apalagi saat ini ia bukan hanya bekerja sebagai reporter, tapi juga sekaligus cameraman dan script writer di ANTV. Naskah : Silviyanti Nur Indah Sari | Foto: Dhimas Prasaja
Wednesday, December 19, 2007
Frustasi Berbuah Prestasi
Diposting oleh ADAKHIL SANG PENAKLUK di 7:26 AM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment