Sayup-sayup untaian kalimat do'a, tahlil, tahmid, dan tasbih terdengar bersahutan dari para peziarah, seakan memecah keheningan malam di hari-hari biasanya .
Perlahan menjelang tengah malam ratusan umat muslim mulai berduyun-duyun memadati komplek makam Sunan Ampel Surabaya. Tidak hanya di sekitar makam saja, masjid, makam para syuhada' haji, dan makam-makam ulama yang ada di situ pun tak luput dari peziarah.
Hingga menjelang subuh kegigihan mereka dalam memburu Lailatul Qadar di malam ganjil sepuluh bulan terakhir dari bulan ramadhan tak kunjung surut, seperti malam ke-21, 23, 25, 27, dan 29. Mulai dari anak kecil hingga orang tua baik laki-laki maupun wanita membaur menjadi satu, mereka larut dalam do'a pada Sang Pencipta.
Suasana sakral tersebut misalnya, merupakan suatu upaya dari sebagian besar umat muslim yang percaya akan diturunkannya janji-janji Tuhan bagi umat muslim yang bertaqwa dan beriman. Tentu, semata-mata tak terlewatkan pula permohonan ampunan atas segala dosa yang selama ini telah diperbuat. Sehingga pada malam ganjil tersebut dengan penuh harap Tuhan dapat mengabulkan segala apa yang menjadi keinginan hati manusia.
Selain itu kehadiran mereka sengaja untuk mengharap berkah dari waliyullah (kekasih Tuhan) agar apa yang dipanjatkannya dapat dikabulkan Tuhan. Seperti halnya yang dituturkan salah seorang peziarah asal Madura Shodiqul Masduq (24 tahun) bahwa dengan berdo'a di depan makam Sunan Ampel atau ulama-ulama lainnya, niscaya kita akan dapat berkah do'a darinya kepada Tuhan.
Tidak hanya di komplek makam Sunan Ampel saja. Suasana hikmat umat muslim dalam menyambut turunnya malaikat pun terlihat di berbagai tempat lainnya. Mulai dari surau-surau, dalam rumah, makam, atau tempat lainnya yang dikeramatkan.
Sebagaian orang ada yang memilih untuk menunggu kedatangan malam itu dengan berlama-lama di masjid (i'tikaf) sambil membaca Al-Quran. Ada yang menunggunya dihadapan rumah agar dapat melihat turunnya malaikat pada malam Qadar, dan tidak kurang juga yang menyambutnya dengan sinaran-sinaran lampu-lampu minyak agar kawasan mereka diterangi. Mereka begitu yakin dengan beberapa tanda-tanda Lailatul Qadar seperti yang banyak diceritakan dalam berbagai cerita sejarah Islam.
Sekelumit Kisah Lailatul Qadar
Menurut sejarah Islam Lailatul Qadar adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan. Siapa saja akan mendapatkan keutamaan pada malam tersebut. Karena itu adalah janji Tuhan pada manusia.
Seperti yang terkandung dalam Al-Qur'an salah satu keistimewaan lainnya yang menceritakan tentang berkahnya malam ini. Yaitu di mana pada malam ini diturunkannya Al-Qur'an sebagai kitab suci bagi umat Islam.
Oleh karenanya sebagian besar umat muslim di dunia disunnahkan untuk mengisinya dengan serangkaian ibadah. Sedangkan Para ulama bersepakat bahwa Lailatul Qadar sendiri terjadi pada malam ganjil di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Dan terus berlangsung pada setiap bulan Ramadhan untuk kebaikan umat muslim sampai terjadinya hari kiyamat.
Mengenai berkah bagi yang mendapatkannya adalah amalan ibadah yang dilakukan pada malam itu digandakan sehingga menjadi 1.000 bulan beribadah atau sekitar 83 tahun.
Dari sini jelasnya kepastian akan tabir Lailatul Qadar tiada yang dapat mengetahui. Namun, bagi seluruh umat muslim selalu dituntut untuk berebut janji Tuhan yang dibawakan oleh Malaikat-Nya. (Naskah: M. Ridlo'i / Foto: Wahtu Triatmojo)
Saturday, October 06, 2007
Berebut Janji Tuhan di Malam Turunnya Malaikat
Diposting oleh ADAKHIL SANG PENAKLUK di 10:16 PM
Label: SENI DAN BUDAYA
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
6 comments:
foto dan cerita yang OK. Cuman sayang... mungkin akan lebih menarik lagi ada caption foto. karena tidak semua foto bisa langsung dimengerti pembaca. MIsalnya foto orang yang minum, dan wudlu di "seperti" gentong.Tanpa caption, pembaca awam pasti bertanya-tanya... apa hubungannya hal tersebut dgn Ampel atau Lailatul Qodhar. Dan lagi... khan udah diajari mas Mamuk ttg elemen2 foto story... mungkin menarik untuk di aplikasikan dalam cerita ini.. Salam...
Aku sudah lama gak membaca baca tulisan features..tanyakan ke Hendro
Dalam penulisan features, yg kadang dilupakan, penulis harus memberi ruang lebar pada pembaca, agar bisa menangkap imajinasi ruang penulis. Jangn sekali-kali gegabah berpikir, ini tulisan bagus dan pembaca pasti tahu.
aku heran...mau posting sandiku kok salah terus ya...nuliso sing gayeng seperti ketika kita bercerita sambil minum kopi.
nah saiki ra usah nggawe sandi aku iso kirim terus...HIDUP ACTA SURYA
Ampel adalah spot yg selalu "fotojenik". Motret atau cerita apapun rasanya nikmat.
Seperti Boby, sebagai fotojurnalistik, foto indah tanpa naskah tidak berarti apa-apa.
Btw, di tempat yg sama, aku juga cerita ttg pencari Tuhan ini, Silakan kritik di
http://mamuk.smugmug.com/gallery/3680019#210433842
Sukses
Post a Comment