Beberapa perguruan tinggi negeri maupun swasta di Surabaya mulai berlomba-lomba memenuhi fasilitas kampus, dengan mengharapkan pengajuan bantuan pada Ditjen Pendidikan Tinggi (DIKTI).
Terlebih pada sebagaian universitas yang memiliki jurusan ilmu komunikasi. Misalnya Universitas Kristen Petra (UKP), Unirvesitas Airlangga (Unair), dan Universitas Dr.Soetomo (Unitomo). Ketiga kampus tersebut mempunyai nilai plus dalam menunjang apresiasi belajar mahasiswanya. Mulai membangun fasilitas pendukung pendidikan dengan konsep dan persiapan yang serius telah dilakukan.
Tidak mau ketinggalan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi-Almamater Wartawan Surabaya (Stikosa-AWS), yang notabene adalah kampus tertua di bidang komunikasi dalam kancah Surabaya. Di mana porsi mata kuliah yang mendominasi lebih berorientasi pada praktek, juga tengah melakukan hal yang sama.
Oleh karena itu, para pemegang kebijaksanaan di kampus ini sedang asyik-asyiknya melakukan pembenahan-pembenahan fisik maupun nonfisik yang mendukung kegiatan mahasiswa.
Memasuki awal tahun 2005, era kepemimpinan Nadim Zuhdi, terhitung sudah ada beberapa peningkatan fasilitas kampus, walaupun dirasa terkesan agak lamban. Sebut saja beberapa fasilitas tersebut misalnya, pe-refresan alat berupa infokus LCD-Proyektor, OHP, dan beberapa komputer yang mendukung pemenuhan fasilitas kampus.
Menanggapi keadaan pemenuhan fasilitas kampus yang terkesan lamban, Ketua Stikosa-AWS Nadim Zuhdi mengatakan bahwa semuanya itu ada prosesnya, tidak bisa secara instan. "Kami mendapatkan fasilitas itu pun tidak mudah, yaitu dengan hibah bersaing," tukasnya.
Hibah bersaing? Saat ditanya lebih lanjut mengenai hal tersebut, ia memaparkan lebih lanjut bahwa fasilitas tersebut diperoleh dari bantuan Ditjen Pendidikan Tinggi (DIKTI) pusat pada awal tahun lalu. "Itu pun kami peroleh melalui proses yang cukup lama," ungkap Nadim.
Proses yang harus dilewati adalah lewat pengajuan proposal permintaan bantuan terlebih dahulu kepada DIKTI yang saingannya tidak sedikit. Kemudian berlanjut ketahapan berikutnya yaitu dari pihak Dikti mengundi kampus manakah yang berhak menerima bantuan fasilitas.
Mengenai Fresh Money, Nadim-Cholil Beda Pendapat
Alhasil, dari kelima perguruan tinggi yang mendapatkan berupa bantuan fasilitas kampus dari DIKTI salah satunya adalah Stikosa-AWS.
"Bantuan itu awalnya berupa, lalu kami sendiri yang membelanjakan berupa peralatan berupa fasilitas penunjang belajar mahasiswa," kata Koordinator Bagian Administrasi Umum (BAU) Stikosa-AWS, M.Cholil pada Acta Surya.
Namun, pernyataan Cholil dibantah oleh Nadim. Bahwa bantuan awalnya berupa peralatan bukan fresh money. ”Bantuan itu bukan berupa uang, melainkan berupa fasilitas prasarana kampus,” sergahnya.
Lantas, bagaimana wujud pendistribusian dan penggunaan fasilitas tersebut? Menurut Cholil mengenai pendistribusian fasilitas masih dikendalikan sepenuhnya oleh ketua Stikosa-AWS. Sedangkan untuk penggunaannya diserahkan sepenuhnya pada Koordinator Pengajaran Zaenal Arifin Emka.
"Penggunaan ruangan ataupun fasilitas lainnya ditetapkan menurut pengaturan kurikulum pengajaran yang dibuat oleh Program Studi (Prodi) kampus," tambahnya.
Mengenai hal ini Nadim merasa sudah cukup puas terhadap pengembangan pengadaan fasilitas kampus. "Sampai saat ini mahasiswa bisa belajar dan pegawai bisa bekerja dan kami berani bersaing dengan kampus-kampus lain," ujar Nadim, selaku penanggung jawab fasilitas kampus.
Lain akademik lain pula mahasiswa. Beberapa mahasiswa mengaku bahwa mengenai pengembangan dan pengadaan fasilitas kampus dirasakan sangat lamban. Seperti halnya yang diutarakan oleh Ketua AWS FM Devy Ary Susanty. Ia mengaku bahwa perkembangan pengadaan fasilitas sangat kurang. "Komputernya saja kurang up to date bagi organisasi-organisasi kampus," ujar mahasiswi semester II jurusan jurnalistik ini.
Disinggung masalah fasilitas komputer kurang memadai yang dirasakan oleh sebagian besar mahasiswa, koordinator BAU Stikosa-AWS pun membantahnya. "Sampai saat ini belum ada mahasiswa yang komplen secara langsung pada kami," bantah M. Cholil.
Namun, akademik tak akan mengambil langkah diam dalam hal ini. Pengadaan komputer di beberapa tempat utama yang ada di kampus bakal diwujudkan. Misalnya saja diperpustakaan dan di pendopo kampus. "Semua itu untuk mempermudah mahasiswa di luar kegiatan belajarnya," ucap Cholil.
Mengenai pembenahan-pembenahan fisik maupun teknis pihak akademik kampus sudah mengkonsepnya sejak awal September 2006. Dan menurut Cholil rencananya akan direalisasikan setelah Ujian akhir Sekolah(UAS) 2007 nanti. (Andrian Saputri)
Terlebih pada sebagaian universitas yang memiliki jurusan ilmu komunikasi. Misalnya Universitas Kristen Petra (UKP), Unirvesitas Airlangga (Unair), dan Universitas Dr.Soetomo (Unitomo). Ketiga kampus tersebut mempunyai nilai plus dalam menunjang apresiasi belajar mahasiswanya. Mulai membangun fasilitas pendukung pendidikan dengan konsep dan persiapan yang serius telah dilakukan.
Tidak mau ketinggalan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi-Almamater Wartawan Surabaya (Stikosa-AWS), yang notabene adalah kampus tertua di bidang komunikasi dalam kancah Surabaya. Di mana porsi mata kuliah yang mendominasi lebih berorientasi pada praktek, juga tengah melakukan hal yang sama.
Oleh karena itu, para pemegang kebijaksanaan di kampus ini sedang asyik-asyiknya melakukan pembenahan-pembenahan fisik maupun nonfisik yang mendukung kegiatan mahasiswa.
Memasuki awal tahun 2005, era kepemimpinan Nadim Zuhdi, terhitung sudah ada beberapa peningkatan fasilitas kampus, walaupun dirasa terkesan agak lamban. Sebut saja beberapa fasilitas tersebut misalnya, pe-refresan alat berupa infokus LCD-Proyektor, OHP, dan beberapa komputer yang mendukung pemenuhan fasilitas kampus.
Menanggapi keadaan pemenuhan fasilitas kampus yang terkesan lamban, Ketua Stikosa-AWS Nadim Zuhdi mengatakan bahwa semuanya itu ada prosesnya, tidak bisa secara instan. "Kami mendapatkan fasilitas itu pun tidak mudah, yaitu dengan hibah bersaing," tukasnya.
Hibah bersaing? Saat ditanya lebih lanjut mengenai hal tersebut, ia memaparkan lebih lanjut bahwa fasilitas tersebut diperoleh dari bantuan Ditjen Pendidikan Tinggi (DIKTI) pusat pada awal tahun lalu. "Itu pun kami peroleh melalui proses yang cukup lama," ungkap Nadim.
Proses yang harus dilewati adalah lewat pengajuan proposal permintaan bantuan terlebih dahulu kepada DIKTI yang saingannya tidak sedikit. Kemudian berlanjut ketahapan berikutnya yaitu dari pihak Dikti mengundi kampus manakah yang berhak menerima bantuan fasilitas.
Mengenai Fresh Money, Nadim-Cholil Beda Pendapat
Alhasil, dari kelima perguruan tinggi yang mendapatkan berupa bantuan fasilitas kampus dari DIKTI salah satunya adalah Stikosa-AWS.
"Bantuan itu awalnya berupa, lalu kami sendiri yang membelanjakan berupa peralatan berupa fasilitas penunjang belajar mahasiswa," kata Koordinator Bagian Administrasi Umum (BAU) Stikosa-AWS, M.Cholil pada Acta Surya.
Namun, pernyataan Cholil dibantah oleh Nadim. Bahwa bantuan awalnya berupa peralatan bukan fresh money. ”Bantuan itu bukan berupa uang, melainkan berupa fasilitas prasarana kampus,” sergahnya.
Lantas, bagaimana wujud pendistribusian dan penggunaan fasilitas tersebut? Menurut Cholil mengenai pendistribusian fasilitas masih dikendalikan sepenuhnya oleh ketua Stikosa-AWS. Sedangkan untuk penggunaannya diserahkan sepenuhnya pada Koordinator Pengajaran Zaenal Arifin Emka.
"Penggunaan ruangan ataupun fasilitas lainnya ditetapkan menurut pengaturan kurikulum pengajaran yang dibuat oleh Program Studi (Prodi) kampus," tambahnya.
Mengenai hal ini Nadim merasa sudah cukup puas terhadap pengembangan pengadaan fasilitas kampus. "Sampai saat ini mahasiswa bisa belajar dan pegawai bisa bekerja dan kami berani bersaing dengan kampus-kampus lain," ujar Nadim, selaku penanggung jawab fasilitas kampus.
Lain akademik lain pula mahasiswa. Beberapa mahasiswa mengaku bahwa mengenai pengembangan dan pengadaan fasilitas kampus dirasakan sangat lamban. Seperti halnya yang diutarakan oleh Ketua AWS FM Devy Ary Susanty. Ia mengaku bahwa perkembangan pengadaan fasilitas sangat kurang. "Komputernya saja kurang up to date bagi organisasi-organisasi kampus," ujar mahasiswi semester II jurusan jurnalistik ini.
Disinggung masalah fasilitas komputer kurang memadai yang dirasakan oleh sebagian besar mahasiswa, koordinator BAU Stikosa-AWS pun membantahnya. "Sampai saat ini belum ada mahasiswa yang komplen secara langsung pada kami," bantah M. Cholil.
Namun, akademik tak akan mengambil langkah diam dalam hal ini. Pengadaan komputer di beberapa tempat utama yang ada di kampus bakal diwujudkan. Misalnya saja diperpustakaan dan di pendopo kampus. "Semua itu untuk mempermudah mahasiswa di luar kegiatan belajarnya," ucap Cholil.
Mengenai pembenahan-pembenahan fisik maupun teknis pihak akademik kampus sudah mengkonsepnya sejak awal September 2006. Dan menurut Cholil rencananya akan direalisasikan setelah Ujian akhir Sekolah(UAS) 2007 nanti. (Andrian Saputri)
Nadim : Fasilitas Kampus Sudah Cukup Mumpuni
Seiring dengan perkembangan era globalisasi dan teknologi yang semakin canggih, seluruh perguruan tinggi yang berada di pelosok Surabaya sedang berlomba-lomba melakukan pembenahan fasilitas kampus. Begitupun juga yang dilakukan oleh Perguruan Tinggi Swasta (PTS) Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi-Almamater Wartawan Surabaya (Stikosa-AWS). Kampus yang dianggap oleh sebagian orang sebagai gudangnya calon-calon jurnalis ini, sedang 'getol-getolnya' melakukan pembenahan fasilitas fisik maupun non teknis.
Berikut hasil wawancara Acta Surya dengan Ketua Stikosa-AWS Nadim Zuhdi mengenai perkembangan pengadaan fasilitas kampus ini, Selasa(13/3) :
Sejauh mana anda mengetahui tentang perkembangan fasilitas kampus sebelum masa kepemimpinan anda?
Maaf, saya kurang paham mengenai perkembangan ataupun pengadaan fasilitas sebelum kepemimpinan saya.
Sampai saat ini pada kepemimpinan anda, dana untuk pengadaan fasilitas kampus diperoleh dari mana?
Dana yang diperoleh cukup banyak, diantaranya dari pembayaran uang kuliah mahasiswa dan pemasukan kecil dari dana bantuan skripsi. Tapi pengadaan fasilitas kemarin kita peroleh dari bantuan Ditjen Pendidikan Tinggi (DIKTI) dengan aturan main hibah bersaing dengan kampus-kampus lain.
Dari hibah bersaing, artinya dana intern kampus tidak digunakan sama sekali?
Dana intern kampus masih digunakan untuk pembenahan fasilitas yang tidak kelihatan. Seperti halnya perbaikan gedung kampus ataupun pengecetan ulang ruang kelas, dan apabila ada ruangan yang bocor atapnya.
Apakah yang diberikan oleh DIKTI pertama kali?
Dikti sendiri memberikan fasilitas non fisik berupa peralatan, sedangkan akademik memberikan fasilitas fisik berupa pembenahan-pembenahan gedung.
Saat ini, fasilitas kampus yang benar-benar kelihatan menurut anda apa?
Saya rasa peralatan-peralatan yang ada sekarang terbilang sudah cukup mumpuni di bidangnya.
Bisa anda sebutkan fasilitas apa yang terbilang cukup canggih itu?
Misalnya saja, di setiap ruangan kelas sudah ada OHP dan layar proyektor baru.
Lalu, jika anda lihat bagaimana dengan fasilitas kampus lainnya, apa menurut anda sudah sejajar dengan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) lain?
Saya berani bertaruh dengan kampus swasta lainnya, misalnya saja UBHARA, UPN,dan UBAYA. Tapi satu saya belum berani bersaing dengan UK PETRA.
Menurut sebagaian mahasiswa kebanyakan mereka merasa belum puas dengan pengadaan fasilitas kampus, seperti komputer. Bagaimana menurut anda selaku penaggung jawab fasilitas kampus mengenai hal tersebut?
Pemenuhan fasilitas komputer memang sedang akan diusahakan,rencanannya di pendopo dan perpustakaan kampus akan diberikan fasilitas komputer yang ditujukan untuk mahasiswa dan pegawai supaya ada kemudahan untuk mengakses informasi. Dulu, Website hanya ada pada saya, tapi sekarang dosen dan LPPM sudah punya juga. pokoknya mbak, saya akan memprioritaskan mahasiswa untuk belajar dan pegawai untuk bekerja.
Kapan semua hal tersebut akan terealisasikan ?
Awal kami mengkonsep bulan September 2006, dan mungkin akan selesai pada masa-masa setelah selesai Ujian Akhir Sekolah (UAS) nanti.
Mengenai pemberian fasilitas apakah ada pengecekan ulang dari Dikti ?
Ada, biasannya yang dicek adalah peralatan yang diberikan dan diterima apakah sesuai dengan data mereka.
Maksud anda sesuai dengan data yang mereka miliki, jadi apakah selama ini pernah terjadi kerancuan data?
Sampai saat ini tidak ada, karena sebelumnya kami sudah mempersiapkan terlebih dahulu.Tapi meskipun sudah disiapkan perasaan deg-degan tetap ada, takut kalau tidak cocok.
Apakah selama ini ada hambatan untuk pemenuhan fasilitas kampus ?
Ada saja hambatanya, tapi karena kami mengkonsep terlebih dahulu fasilitas apa saja yang ingin dicapai, maka hambatannya pun tidak terlalu besar.
Untuk selanjutnya,pemenuhan fasilitas apa yang ingin dicapai ?
Sebenarnya banyak mbak yang ingin di capai,tapi semua itu butuh proses yang lama tidak bisa secara instan.Dan ini menyangkut masalah keuangan, jadi kita harus bekerja secara pelan-pelan. - Andrian Saputri
Seiring dengan perkembangan era globalisasi dan teknologi yang semakin canggih, seluruh perguruan tinggi yang berada di pelosok Surabaya sedang berlomba-lomba melakukan pembenahan fasilitas kampus. Begitupun juga yang dilakukan oleh Perguruan Tinggi Swasta (PTS) Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi-Almamater Wartawan Surabaya (Stikosa-AWS). Kampus yang dianggap oleh sebagian orang sebagai gudangnya calon-calon jurnalis ini, sedang 'getol-getolnya' melakukan pembenahan fasilitas fisik maupun non teknis.
Berikut hasil wawancara Acta Surya dengan Ketua Stikosa-AWS Nadim Zuhdi mengenai perkembangan pengadaan fasilitas kampus ini, Selasa(13/3) :
Sejauh mana anda mengetahui tentang perkembangan fasilitas kampus sebelum masa kepemimpinan anda?
Maaf, saya kurang paham mengenai perkembangan ataupun pengadaan fasilitas sebelum kepemimpinan saya.
Sampai saat ini pada kepemimpinan anda, dana untuk pengadaan fasilitas kampus diperoleh dari mana?
Dana yang diperoleh cukup banyak, diantaranya dari pembayaran uang kuliah mahasiswa dan pemasukan kecil dari dana bantuan skripsi. Tapi pengadaan fasilitas kemarin kita peroleh dari bantuan Ditjen Pendidikan Tinggi (DIKTI) dengan aturan main hibah bersaing dengan kampus-kampus lain.
Dari hibah bersaing, artinya dana intern kampus tidak digunakan sama sekali?
Dana intern kampus masih digunakan untuk pembenahan fasilitas yang tidak kelihatan. Seperti halnya perbaikan gedung kampus ataupun pengecetan ulang ruang kelas, dan apabila ada ruangan yang bocor atapnya.
Apakah yang diberikan oleh DIKTI pertama kali?
Dikti sendiri memberikan fasilitas non fisik berupa peralatan, sedangkan akademik memberikan fasilitas fisik berupa pembenahan-pembenahan gedung.
Saat ini, fasilitas kampus yang benar-benar kelihatan menurut anda apa?
Saya rasa peralatan-peralatan yang ada sekarang terbilang sudah cukup mumpuni di bidangnya.
Bisa anda sebutkan fasilitas apa yang terbilang cukup canggih itu?
Misalnya saja, di setiap ruangan kelas sudah ada OHP dan layar proyektor baru.
Lalu, jika anda lihat bagaimana dengan fasilitas kampus lainnya, apa menurut anda sudah sejajar dengan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) lain?
Saya berani bertaruh dengan kampus swasta lainnya, misalnya saja UBHARA, UPN,dan UBAYA. Tapi satu saya belum berani bersaing dengan UK PETRA.
Menurut sebagaian mahasiswa kebanyakan mereka merasa belum puas dengan pengadaan fasilitas kampus, seperti komputer. Bagaimana menurut anda selaku penaggung jawab fasilitas kampus mengenai hal tersebut?
Pemenuhan fasilitas komputer memang sedang akan diusahakan,rencanannya di pendopo dan perpustakaan kampus akan diberikan fasilitas komputer yang ditujukan untuk mahasiswa dan pegawai supaya ada kemudahan untuk mengakses informasi. Dulu, Website hanya ada pada saya, tapi sekarang dosen dan LPPM sudah punya juga. pokoknya mbak, saya akan memprioritaskan mahasiswa untuk belajar dan pegawai untuk bekerja.
Kapan semua hal tersebut akan terealisasikan ?
Awal kami mengkonsep bulan September 2006, dan mungkin akan selesai pada masa-masa setelah selesai Ujian Akhir Sekolah (UAS) nanti.
Mengenai pemberian fasilitas apakah ada pengecekan ulang dari Dikti ?
Ada, biasannya yang dicek adalah peralatan yang diberikan dan diterima apakah sesuai dengan data mereka.
Maksud anda sesuai dengan data yang mereka miliki, jadi apakah selama ini pernah terjadi kerancuan data?
Sampai saat ini tidak ada, karena sebelumnya kami sudah mempersiapkan terlebih dahulu.Tapi meskipun sudah disiapkan perasaan deg-degan tetap ada, takut kalau tidak cocok.
Apakah selama ini ada hambatan untuk pemenuhan fasilitas kampus ?
Ada saja hambatanya, tapi karena kami mengkonsep terlebih dahulu fasilitas apa saja yang ingin dicapai, maka hambatannya pun tidak terlalu besar.
Untuk selanjutnya,pemenuhan fasilitas apa yang ingin dicapai ?
Sebenarnya banyak mbak yang ingin di capai,tapi semua itu butuh proses yang lama tidak bisa secara instan.Dan ini menyangkut masalah keuangan, jadi kita harus bekerja secara pelan-pelan. - Andrian Saputri
No comments:
Post a Comment